Rabu, 19 Agustus 2009

PRESKAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap wanita pada umumnya melalui siklus kehidupan yang meliputi masa konsepsi, bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Pada fase dewasa yang memasuki usia subur, terdapat fase melahirkan, nifas dan menyusui. Menjadi ibu dan memberikan keturunan yang diinginkan merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi seorang wanita. Namun banyak juga wanita khawatir dalam menghadapi masa-masa tersebut. Kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayi merupakan suatu keadaan normal yang dialami wanita. Akan tetapi, kurangnya pengetahuan ibu, dan kesalahan serta keterlambatan penanganan dapat menimbulkan dampak yang serius seperti kematian ibu dan anak. Menurut survei SDKI tahun 2003 AKI di Indonesia sebanyak 307/100.000 kelahiran dan untuk AKP sebanyak 37/1000 kelahiran.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke angka yang sangat rendah.
Dalam hal ini petugas kesehatan bertugas untuk membantu ibu dalam menghadapi masa-masa yang sulit dengan memberikan manajemen yang tepat, asuhan yang sesuai standar, dan sistem pendokumentasian yang menjaga nilai mutu asuhan.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis mencoba menyusun laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Fisiologis, Intrapartum, Postpartum dan Neonatus pada Ny. R di RSUD Kota Bandung”





1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan risalah ini penulis mencoba merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan proses fisiologis wanita melahirkan, nifas dan bayi baru lahir sebagai berikut : Bagaimana tindakan asuhan kebidanan fisiologis yang diberikan kepada ibu pada saat melahirkan dan nifas serta perawatan bayi baru lahir.

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum : Mengkaji secara lebih dalam pelaksanakan pelayanan kebidanan sesuai standar praktek kebidanan.
Tujuan Khusus : - Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu melahirkan / inpartum normal.
- Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas/ postpartum normal
- Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal

1.4 Manfaat Penulisan
• Manfaat bagi Penulis : Menambah pengetahuan dan keterampilan penulis dalam memberikan asuhan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan fisiologis bagi ibu dan bayi baru lahir normal.
• Manfaat bagi Pembaca : Menambah referensi asuhan kebidanan fisiologis bagi ibu dan bayi baru lahir normal.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan (Inpartum)
A. Pengertian Intrapartum
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan spontan terjadi apabila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir serta tidak ada penyulit. Sebaliknya bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi vakum atau persalinan dilakukan dengan operasi section caesaea maka disebut persalinan buatan.
Berhubungan dengan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan, maka dikenal beberapa istilah:
• Abortus : pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau berat bayi < 500 gr.
• Partus imaturus : pengeluaran buah kehamilan antara 20 minggu sampai < dari 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500gr – 999 gr.
• Partus prematurus : pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu atau dengan berat badan bayi antara 1000 gr- 2499 gr.
• Partus maturus atau partus aterm : pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu sampai 42 minggu atau berat badan bayi 2500gr atau lebih.
• Partus postmaturus atau partus serotinus : pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
Persalinan (partus) dibagi menjadi kala.
• Kala I
Kala I disebut juga kala pembukaan. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
• Kala II
Kala II disebut juga kala pengeluaran, Karena dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan ibu, janin didorong keluar sampai lahir.

• Kala III
Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
• Kala IV
Kala IV dimulai dari pengeluaran plasenta dan lamanya 2 jam. Dalam kala ini diamati jumlah perdarahan yang dialami ibu.
B. Kala I Persalinan
Ibu sudah dalam persalinan kala I saat serviks sudah membuka. Kontraksi terjadi minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Proses membukanya serviks sebagai akibat dari his dibagi dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase laten
Fase laten berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a. Fase akselerasi.
Dalam waktu 2 jam, pembukaan 4 cm tadi menjadi 4 cm
b. Fase dilatasi maksimal.
Dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primgravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi pada fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Ketuban akan pecah dengan sendirinya saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau lengkap. Kala I selesai apabila pembukan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira jam 7 jam.


C. Kala II Persalinan
Dalam kala II, terdapat 2 fase, yaitu:
1. Fase awal (non ekspulsi)
Ditandai dengan pembukaan lengkap serviks, penurunan kepala berlanjut, dan belum ada keinginan untuk meneran.
2. Fase akhir (ekspulsi)
Ditandai dengan bagian terbawah janin yang telah mencapai dasar panggul, dan ibu meneran
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
D. Kala III Persalinan
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir, dan pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Kelalaian dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Didapat dua tingkat pada kelahiran plasenta : melepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan pengeluaran plasenta dari dalam cavum uteri. Perdarahan yang normal terjadi kurang dari 500 cc.
E. Kala IV Persalinan
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari perutibu ke dunia luar.
Dalam kala IV, tenaga kesehatan memantau banyaknya perdarahan yang keluar dari jalan lahir selama 2 jam setelah plasenta lahir, dan sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan 5 pokok penting, yaitu : kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan dalam alat genitalia yang lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap, kandung kencing harus kosong, luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma, bayi dalam keadaan baik,dan ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek.
F. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan, yaitu:
1. Power
Power (kekuatan) dari proses persalinan berasal dari 2 sumber, yaitu kekuatan his (kontraksi miometrium/uterus) dan tenaga mengejan ibu.
2. Passage
Passage atau jalan lahir dibagi ke dalam 2 macam, yaitu jaringan keras yang berupa tulang dan jaringan lunak yakni ligamen-ligamen dan otot. Yang dapat meregang saat persalinan dimulai hanya jaringan lunak, sedangkan tulang tidak dapat meregang karena merupakan struktur yang kaku.
3. Passengger
Faktor passenger yaitu bayi dan plasenta.
4. Penolong
Penolong persalinan juga sangat mempengaruhi karena penolong yang tidak kompeten dalam memimpin persalinan dapat menimbulkan kegelisahan pada ibu dan terjadinya penanganan yang tidak perlu behkan membahayakan bayi ibu dan bayi.
5. Psikologi
Dalam persalinan, nyeri disebabkan oleh iskemi dari korpus uteri tempat terdapat banyak serabut syaraf. Dan perasaan sakit pada waktu his amat subjektif, selain pada kekuatan his, juga pada keadaan mental ibu bersalin. Psikologi ibu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan kondisi mental ibu. Sehingga dibutuhkan pendamping dalam proses persalinan.
G. Asuhan Persalinan Normal
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan/optimal.
Dalam asuhan persalinan normal, terdapat prinsip asuhan sayang ibu, yang mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian yang menunjukan bahwa jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin,et al,2000).
Pada tahun 2008, WHO-UNICEF mengeluarkan protokol baru tentang “ASI Segera” yang harus diketahui oleh seluruh tenaga kesehatan. Protokol tersebut adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu. Berdasarkan sejumlah penelitian bermakna, praktik inisiasi menyusu dini tersebut dapat mengurangi 22% dari semua kematian bayi baru lahir yang terjadi sebelum usia satu bulan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat melakukan asuhan persalinan normal antara lain sebagai berikut:

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
• Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran,
• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
• Perineum tampak menonjol
• Vulva dan spinter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan satu handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
• Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
• Menyiapkan oksitosin 10 IU dan alat suntik sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan air sabun dan air bersih kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk melakukan periksa dalam.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang basahi DTT
• Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama, dari arah depan ke belakang.
• Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
• Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali per menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik serta bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
• Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
• Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga menbantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Lakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
• Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
• Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya salah.
• Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
• Anjurkan ibu untuk istirahat untuk beristirahat dalam diantara kontraksi.
• Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
• Berikan cukup asupan cairan per oral (mnum)
• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
• Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (multigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (primigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan kuat untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat satu pertiga bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menehan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
• jika tali pusat melilit tali pusat secara longgar lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
• Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut, gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian selintas pada bayi
• Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
• Apakah bayi bergerak dengan aktif?
• Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU im di satu pertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah dua menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
• Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara kedua klem tersebut.
• Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya ddengan simpul kunci dengan simpul lain.
• Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30- 60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi ckup menyusu dari satu payudara.
• Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simphisis untuk mendeteksi. Tangan yang lain menegangkan tali pusat,
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial)secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya, dan ulangi prosedur diatas.
• Jika uterus tidak berkontraksi,minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke aranh atas, mengikuti poros jalan lahir(tetap lakukan tekanan dorsokranial)
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit peregangan tali pusat :
1. Beri dosis ulang oksitosin IU m
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introintus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan dan klem DTT atau steril untk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan difundus dan lakukan masase dengan gerakkan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
• lakukan tindakan yang diperlukan jika uterua tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
• 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
• Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai untuk pelaksanaan atonia uteri
47. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
48. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang ibu inginkan
49. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
50. Tempatkan semua peralatan sekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
52. Celupkan sarung tangan kotor di dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
53. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
54. Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi ,beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vit. K1 1 mg im dipaha kiri anterolateral
55. Setelah satu jam pemberian vit.K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan anterolateral
• Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
• Letakkan kembali bayi pada payudara ibu, bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan bayi sampai berhasil menyusu
56. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kendung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan
• Melakukan tindakan yang sesuai pada temuan yang tidak normal
57. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 – 60 kali per menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5)
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala empat.

2.2 Nifas (Postpartum)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas beerlangsung kira-kira 2 minggu. Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeuaran lokia, pengeluaran ASI, dan perubahan sistem tubuh termasuk perubahan psikologi normal.
Selama periode postpartum terdapat beberapa perubahan fisiologis dan anatomis puerperium antara lain:
1. Involusi uterus
Istilah ini digunakan untuk perubahan retrogersif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat sertaperubahan pada lokasi uterusjuga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Segera setelah melahirkan berat uterus sekitar 1000gr, berat uterus menurun sekitar 500 gr pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat sebelum hamil yaitu 40-60 gr pada minggu kedelapan pascapartum.
2. Lokia
Yaitu secret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokia berubah: lokia rubra, serosa , atau alba. Lokia rubra berwarna merah karena mengandung darah, lokia ini keluar mulai dari hari pertama hingga hari ketiga pascapartum. Lokia rubra mengandung darah dan jaringan desidua.
Lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat yang mengandung jaringan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit. Lokia ini berhenti hingga hari ketujuh hingga delapan hari kemudian yang berwarna merah muda. Lokia alba merupakan lokia yang berwarna putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua. Lokia mulai terjadi sekitar hari kesepuluh hingga dua sampai empat minggu postpartum.
3. Vagina dan Perineum
Segera setelah melahirkan, vagina masih tetap membuka, mungkin mengalami derajat luka atau edema maupun memar, berdinding lunak, setelah satu sampai dua hari pertama, tonus otot vagina kembali, dan tidak lagi edema.
4. Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan peribahan hormon pada saat melahirkan. Pengkajian pada periode awal meliputi penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi atau tidak, adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda-tanda mastitis potensial.
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan • Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
• Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
• Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
• Pemberian ASI awal
• Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
• Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
• Jika petugas kesehatan menolong persalinan,ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan • Memastkan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
• Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istiahat
• Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda penyulit
• Memberikan koseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah persalinan • Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah persalinan • Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
• Memberikan konseling untuk KB secara dini
Beban emosional pascalahir merupakan hal yang biasa ditemui setelah kehamilan. Hal ini sangat bervariasi mulai dari perasaan sendu yang ringan (ditemui pada sekitar 80% ibu) sampai depresi postpartum atau psikosis. Psikosis postpartum dapat menjadi ancaman bagi si ibu maupun bayinya.
Pada setiap kunjungan, penting bagi petugas kesehatan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu nifas untuk mengetaui keadaan ibu secara seksama. Adapun langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut :
1. Menyambut ibu dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas ibu
3. Menanyakan apa yang dirasakan ibu
4. Menanyakan keluhan-keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui
5. Menanyakan mengenai persalinan :
• Siapa yang menolong (penolong persalinan)
• Dimana ia melahirkan
• Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan sesudah bersalin
• Jenis persalinan (spontan, vacuum, section caesarea)
• Robekan jalan lahir atau episiotomi
• BB bayi, jenis kelamin bayi
6. Menanyakan mengenai riwayat kehamilan
• Anak ke berapa
• Pemeriksaan kehamilan
• Masalah selama kehamilan
7. Menanyakan apakah ibu mengkonsumsi zat besi
8. Menanyakan apakah ibu mengkonsumsi obat-obat lain
9. Menanyakan apakah ibu memiliki kartu imunisasi antitetanus (TT)
10. Mengambil riwayat diet
• Apa saja yang dimakan
• Berapa sering ia makan (frekuensi)
• Apakah ia mengkonsumsi non makanan
• Apakah ia lelah, mengantuk, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual muntah
11. Menanyakan mengenai hubungan seksual ibu
• Kenyamanan fisik
• Kenyamanan emosi
12. Menanyakan tentang penggunaan kontrasepsi
13. Menanyakan tentang tanda-tanda bahaya
• Kelelahan, sulit tidur
• Demam
• Nyeri atau merasa panas pada waktu buang air kecil
• Sembelit, hemoroid
• Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri, bengkak
• Nyeri abdomen
• Cairan vagina/lokia yang berbau busuk
• Pembengkakan payudara dan berat, pembesaran putting susu atau putting yang pecah-pecah
• Kesulitan dalam menyusui
• Perasaan sedih
• Merasa kurang mampu merawat bayi secara memadai
• Rabun senja
PEMERIKSAAN FISIK
14. Mengamati tingkat tenaga dan emosi ibu selama kunjungan
15. Periksa tekanan darah , suhu tubuh, nadi
16. Jelaskan pada ibu saat melakukan pemeriksaan
17. Mencuci tangan keseluruhan dengan sabun dan air serta mengeringkannya dengan handuk
18. Melakukan pemeriksaan konjungtiva, sclera,dan oedema pada wajah
19. Melakukan pemeriksaan payudara
• Meminta klien berbaring dengan lengan kiri diatas kepala, kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis sampai ketiak, catat adanya massa, benjolan yang membesar, pembengkakan atau abses.
• Ulangi prosedur tersebut untuk lengan kanan
• Memeriksa pengeluaran ASI/kolostrum
20. Melakukan pemeriksaan abdomen
• Periksa bekas luka, jika operasi baru
• Palpasi untuk mendeteksi TFU dan kontraksi uterus
• Palpasi untuk mendeteksi diastasis recti, kaki agak ditekuk, bahu diangkat, palpasi gap antara otot perut kiri dan kanan (dicurigai bila ibu sakit punggung dan gap lebih dari 3 jari)
21. Memberitahu ibu akan diperiksa perineum
22. Mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk
23. Membantu klien pada posisi untuk pemeriksaan perineum
24. Mengenakan sarung tangan pemeriksaan yang bersih
25. Memeriksa perineum dari penyembuhan laserasi atau penjahitan episiotomy
26. Memperhatikan warna, konsistensi, dan bau dari lokia
27. Menaruh sarung tangan dalam cairan klorin 0,5 %
28. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkannya dengan handuk bersih
29. Memeriksa kaki untuk
• Vena varises
• Kemerahan pada betis
• Tulang kering, pergelangan kaki untuk oedema
• Menekuk setiap kaki untuk diperiksa nyeri pada betis (tanda homan)
• Memeriksa refleks patella
PENDIDIKAN KESEHATAN (6 – 8 JAM)
30. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
31. Memberikan konseling mengenai
• Diet (kebutuhan makanan yang seimbang, kebutuhan cairan sebanyak 8 – 10 gelas perhari)
• Mobilisasi dini
• Kebersihan/perawatan diri sendiri
• Perawatan payudara, pemberian ASI awal
• Senam kegel atau latihan lainnya
• Kebutuhan akan istirahat
• Pembicaraan mengenai kesuburan
• Tanda-tanda bahaya nifas
• Perawatan bayi (tali pusat, hipotermi, BAB-BAK, ASI)
PENDIDIKAN KESEHATAN (2 – 6 HARI)
32. Memastikan ibu melaksanakan
• Kebersihan/perawatan diri sendiri
• Perawatan payudara, pemberian ASI apakah lancar
• Mendapatkan istirahat yang cukup
• Mendapatkan makanan dam cairan yang cukup
• Perasaaan normal setelah kelahiran (perasaan uring-uringan, keletihan,ketidakmampuan)
• Perawatan bayi (tali pusat, hipotermi, BAB-BAK, ASI)
• Informasi kunjungan berikutnya
PENDIDIKAN KESEHATAN (2 MINGGU)
33. Sama dengan 6 hari ditambah dengan
• Informasi pemakaan kontrasepsi
• Informasi memulai hubungan seksual
PENDIDIKAN KESEHATAN (6 MINGGU)
34. Memastikan tidak ada penyulit yang ibu alami
35. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

2.3 Bayi Baru Lahir (Neonatus)
Bayi baru lahir atau neonatus yaitu bayi yang berumur 0 sampai 28 hari. Fase neonatus dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu neonatus dini dan neonatus lanjut. Neonatus dini yaitu bayi yang berumur 0 sampai 7 hari dan neonatus lanjut adalah bayi yang berumur 8 hari sampai 28 hari.
Neonatus sehat memiliki tanda: bayi lahir segera menangis, seluruh tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif, bayi bisa menghisap putting susu dengan kuat, berat lahir 2500 gram atau lebih, dan panjang badan lahir 45 cm – 53 cm. Neonatus mengalami periode transisi dari kehidupan intrauterine menuju ke kehidupan ekstrauteri yang berubah ekstrim. Bayi baru lahir yang sehat dapat menghadapi periode transisi dengan baik. Lain halnya dengan bayi prematur, karena dapat terjadi perubahan yang cepat pada kulit dan keseluruhan kondisi mereka.
Menurut kematangannya, bayi baru lahir dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
• Kurang bulan : usia gestasi kurang dari 38 minggu
• Cukup bulan : usia gestasi 38 sampai 42 minggu
• Lewat bulan : usia gestasi lebih dari 42 minggu
Akan tetapi, dalam setiap kategori usia, akan ada beberapa bayi baru lahir yang berukuran lebih besar dan lebih kecil. Dan berdasarkan hubungan antara berat lahir dan usia gestasi, bidan menggolongkan bayi baru lahir ke dalam tiga kategori berikut :
• Kecil masa kehamilan (KMK)
• Sesuai masa kehamilan (SMK)
• Besar Masa kehamilan (BMK)
Penilaian bayi baru lahir dilakukan secara selintas segera sesaat setelah bayi lahir, selanjutnya pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan 6 jam setelah bayi lahir atau setelah bayi stabil (suhu 36,5-37,5ºC). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan bayi baru lahir antara lain sebagai berikut :

PERSIAPAN
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
2. Berikan penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan
RIWAYAT DARI IBU/STATUS IBU
3. Faktor lingkungan
4. Faktor genetic
5. Faktor social
6. Faktor ibu dan perinatal
7. Faktor neonatal
8. Mencuci tangan efektif secara 7 langkah, menggunakan sabun dibawah air yang mengalir dan dikeringkan dengan handuk bersih dan kering.
9. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
10. Tempatkan bayi pada tempat yang bersih dan hangat.
KEADAAN UMUM
11. Ukuran keseluruhan
12. Kepala badan dan ekstremitas.
13. Tonus otot dan tingkat aktivitas.
14. Warna kulit dan bibir.
15. Tangis bayi.
PERIKSA TANDA-TANDA VITAL
16. Laju nafas 40-60 per-menit, periksa kesulitan bernafas
17. Laju jantung 120-140 kali/menit
18. Suhu normal 36,5-37,5 derajal celcius
PERIKSA BERAT BADAN
19. Kisaran berat badan normal 2500-4000 gram
20. Panjang badan normal 45-53 cm
PERIKSA KEPALA
21. Ubun-ubun
22. Sutura,moulage
23. Penonjolan atau daerah yang mencekung
24. Ukur lingkar kepala
PERIKSA TELINGA
25. Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala
PERIKSA MATA
26. Tanda-tanda infeksi
PERIKSA HIDUNG DAN MULUT
27. Bibir dan langitan
28. Periksa adanya sumbing
29. Refleks mengikuti putting (rooting), refleks menghisap (sucking), refleks menelan (swalowing)dinilai dengan mengamati bayi saat menyusu.
PERIKSA DADA
30. Bentuk
31. Putting
32. Bunyi nafas, periksa tarikan dinding dada
33. Bunyi jantung
PERIKSA BAHU, LENGAN, DAN TANGAN
34. Gerakan normal
35. Jumlah jari
36. Refleks menggenggam (grassping) dan refleks tonicneck
PERIKSA SISTEM SYARAF
37. Adanya refleks moro, lakukan rangsangan dengan suara keras, yaitu pemeriksa bertepuk tangan
PERIKSA PERUT
38. Bentuk
39. Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis
40. Perdarahan atau infeksi pada tali pusat
41. Lembek pada saat menangis
42. Tonjolan
PERIKSA KELAMIN LAKI-LAKI
43. a. Testis berada dalam skrotum
44. a. Penis berlubang pada ujung letak lubang
PERIKSA KELAMIN PEREMPUAN
43 b. Vagina dan uretra berlubang
44.b. Labia minora dan labia minora
PERIKSA PANGGUL
45. Tanda klik
PERIKSA TUNGKAI DAN KAKI
46. Gerakan normal
47. Tampak normal
48. Jumlah jari
49. Refleks babinski
PERIKSA PUNGGUNG DAN ANUS
50. Pembengkakan atau ada cekungan
51. Anus berlubang
PERIKSA KULIT
52. Verniks (tidak perlu dibersihkan untuk menjaga kehangatan bayi)
53. Warna kulit
54. Pembengkakan atau bercak- bercak hitam
55. Tanda lahir
POST PEMERIKSAAN FISIK
56. Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % dan membukanya secara terbalik
57. Mencuci tangan efektif secara 7 langkah, menggunakan air sabun di bawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk bersih dan kering
58. Informasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
TANDA-TANDA BAHAYA
59. Pemberian ASI sulit (sulit menghisap atau hisapan lemah)
60. Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat >60 kali /menit atau menggunakan otot nafas tambahan
61. Letargi bayi terus menerus bayi tidur tanpa bangun tidur
62. Warna abnormal kulit/bibir (sianosis) atau bayi sangat kuning, pucat atau memar
63. Suhu terlalu panas (febris/>38 °) atau terlalu dingin (hipotermi/< 36 º)
64. Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa
65. Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak BAB selama hari pertama, setelah lahir, muntah terus-menerus, perut bengkak dan tinja hijau tua atau berdarah/berlendir
66. Mata bengkak dan mengeluarkan cairan
DOKUMENTASI
67. Catat hasil pemeriksaan pada SOAP




2.4 Manajemen Kebidanan dan Pendokumentasian
A. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagi metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney,1997).
Penatalaksanaan/ manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Proses penatalaksanaan ini terdiri dari 7 langkah :
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnose/masalah
3. Mengidentifikasi diagnose/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan tindakan, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali penetalaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
B. Dokumentasi Kebidanan
Secara umum, dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulisyang akurat dan legkap yang dimiliki oleh bidandalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna bagi kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri.
Menurut Varney (1997), proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk menegakkan diagnosis atau masalah potensial kebidanan.
C. Pendokumentasian metoda SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Langkah-langkah dalam metoda SOAP merupakan intisari dari proses pemikiran dalam manajemen kebidanan. Adapun metoda pendekatan SOAP terdiri dari 4 langkah, yaitu:
S : Data subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (auto anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (alloanamnesis)
O : Data objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan,data penunjang;hasil labolatorium seperti VRDL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah.
Data yang terkumpul diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan data yang lainnya sehingga menunjukan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
A : Assessment/Penentuan diagnosis kebidanan
Setelah menentukan masalah dan masalah utama selanjutnya bidan memutuskan dalam suatu penyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab, dan presiksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut dengan diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosisi kebidanan, pengetahuan keprofesian bidan sangat diperlukan.
Penentuan diagnosis bidan mencakup hal-hal berikut :
a. kondisi pasien terkait dam masalahnya
b. masalah utama dan penyebab utama terhadap resiko
c. masalah potensial
d. prognosis
Tiga jenis pedoman dalam mencatat diagnosisi kebidanan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis kebidanan yang sama dengan diagnosis medis seperti anami ibu hamil, retensio plasenta, plasenta previa dan lain-lain.
b. Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan dengan didukung oleh data subjektif dan objektif seperti cemas, potensial atonia uteri, dan lain sebagainya.
c. Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu misalnya penyulihan gizi pada ibu hamil.
P :Planning/Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam mencatat rencana kegiatannya, maka rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan bidan dalam melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah tersebut termasuk rencana evaluasi.













BAB III
TINJAUAN KASUS

1.1 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin (Intranatal)

No. Register / Rekam Medik : 245848
Tanggal Masuk : 5 Agustus 2009
Tanggal / Jam Pengkajian : 5 Agustus 2009/ 01.00 WIB
Pengkaji : Eva Ernawati
Tempat Pengkajian : RSUD Kota Bandung

Biodata

Nama Ibu : Ny. R
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah : AB
Nama Suami : Tn. T
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol.Darah : AB

Alamat : Cikopo RT 04/05 Babakan Peuteuy Cicalengka

I. DATA SUBJEKTIF
A. ALASAN PERIKSA
Ibu hamil kedua merasa hamil 9 bulan. Datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mules- mules sejak pukul 20.00 WIB. Pengeluaran lendir ada, gerakan janin masih dirasakan ibu, belum keluar air- air yang banyak.
B. RIWAYAT MENSTRUASI
Ibu mengatakan haid pertama (menarche) usia 15 tahun, siklusnya 28 hari, lamanya 5-6 hari, ganti pembalut 2-3 kali sehari, tidak ada keluhan saat haid.

C. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
G2P1A0, HPHT: 15-11-2008 TP: 22-08-2009. Ibu mengaku pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan sebanyak 4 kali. Ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali pada usia kehamilan 4 bulan dan 6 bulan. Selama hamil ibu mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan yaitu tablet Fe dan Vitamin. Gerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu sekitar 5 bulan yang lalu. Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama kehamilan dan pergerakan janin masih dirasakan oleh ibu.
D. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS LALU
No Anak ke- Persalinan Anak Nifas
Tahun Tempat Usia kehamilan Jenis Persalinan Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan
1 1 2006 BPS 9 Bln Spt Bdn - L 2500 45 Hidup Normal
HAMIL INI

E. RIWAYAT PENYAKIT

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang dapat memperberat dan diperbarat oleh kehamilannya. Misal; Hipertensi, Jantung, DM, Asma, dll.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah mengalami penyakit keturunan maupun penyakit menular.
G. RIWAYAT SEKSUAL
Ibu mengatakan dalam melakukan hubungan seksualnya dilakukan 2 kali dalam seminggu, namun setelah kehamilannya besar hubungan seksualnya dilakukan minimal 2 minggu sekali.


H. RIWAYAT KONTRASEPSI
Sebelum hamil ibu mengguanakan kontrasepsi pil selama 2 tahun kemudian ibu berncana akan menggunakan kontrasepsi suntik.
I. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu mengatakan sekarang tinggal bersama suami dan mertua. Hubungan dengan keluarga sangat baik, semua keluarga sangat mendukung kelahiran anak keduanya. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
J. RIWAYAT NUTRISI
Pola makan ibu teratur 3-4 kali dalam sehari dengan porsi kecil tapi sering. Jenis makanan yang dikonsumsi adalah nasi, sayuran, ikan, telur, buah-buahan dan lain-lain. Ibu minum 8 gelas perhari dan kadang-kadang minum teh manis. Ibu tidak memiliki alergi atau pantangan terhadap makanan tertentu.
K. RIWAYAT AKTIVITAS
Ibu biasa tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam. Terakhir ibu istirahat cukup.
L. RIWAYAT ELIMINASI
BAK 4-5 kali sehari, tidak ada keluhan saat BAK. BAB 1 kali sehari dan tidak ada keluhan saat BAB.
M. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DAN BAHAN LAIN, KEBIASAAN HIDUP SEHAT
Ibu mengaku tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Selama kahamilan ibu tidak suka minum jamu-jamuan. Suami merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

II. DATA OBJEKTIF
A. KEADAAN UMUM IBU
Keadaan umum ibu baik
B. KESADARAN IBU
Kesadaran ibu composmentis
C. TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 36,1° c
D. BERAT BADAN
BB sebelum hamil : 59 kg , BB sekarang : 72 kg
E. PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala
• Rambut : warnanya hitam, bersih, tidak ada benjolan abnormal
• Muka : tidak ada oedema
• Mata : konjungtiva kemerahan, sclera putih
• Mulut : bibir lembab, simetris, tidak pucat, tidak terdapat
stomatitis, rahang tidak pucat, gigi bersih.
• Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, refleks meneran baik
- Dada
• Payudara : bentuk simetris, putting susu menonjol, kolostrum
ada, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar aksiler, tidak ada retraksi atau dimpling.
• Paru-paru : pergerakan nafas normal
• Jantung : irama jantung teratur
- Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, terdapat linea nigra, terdapat strie gravidarum.
Leopold 1: TFU 32 cm, teraba bokong.
Leopold 2: Punggung kiri
Leopold 3: Bagian terendah janin adalah kepala
Leopold 4: Sudah masuk PAP 2/5
His 3 kali dalam 10 menit selama 40 detik
DJJ :136 x per menit
TBF :3100 gram



- Anogenital
Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah
Perineum : Tidak ada laserasi
Vulva dan vagina : Tidak ada lesi, tidak ada
oedema, tidak ada pembengkakan kelenjar skene dan bhartolin, vulva dan vagina tidak membuka.
Anus : Tidak ada haemoroid dan tidak ada
varises
Pemeriksaan dalam
Pukul : 01.30 WIB
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis,lunak
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : utuh
Penurunan kepala : st +1
Bagian terkecil janin :Tidak teraba
Moulage : 0
- Ekstremitas
Ektremitas Atas : warna kuku tidak pucat, turgor
baik, tidak ada oedema.
Ektremitas Bawah : warna kuku tidak pucat, turgor
baik, tidak ada oedema.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan urine : tidak dilakukan

III. ASSESMENT
G2P1A0 parturien aterm 37-38 minggu kala 1 fase aktif janin tunggal hidup intra uterin, keadaan ibu dan janin baik.

IV. PLANNING
• Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu (ibu mengerti)
• Memberikan dukungan kepada ibu (ibu menjadi semangat)
• Memberitahu ibu untuk tetap makan dan minum yang ibu mau (ibu mengerti)
• Memijat halus bagian yang ibi inginkan saat ada kontraksi
• Menganjurkan ibu dan keluarga untuk mempersiapkan pakaian ibu dan perlengkapan bayi
• Mempersiapkan peralatan untuk pertsalinan
• Mengobservasi TTV
• Menganjurkan ibu untuk selalu mengosongkan kandung kemih (ibu mengerti)
• Menuliskan semua temuan dalam lembar observasi



KALA II PERSALINAN
I. DATA SUBJEKTIF
Pukul 02.30 WIB, ibu mengeluh mulasnya semakin sering dan ibu merasa ingin buang air besar.

II. DATA OBJEKTIF
• Keadaan umum ibu : Baik
• Kesadaran ibu : Compos mentis
• Tedapat tanda gejala kala II (Dorongan ingin meneran,Tekanan pada anus, Perineum menonjol, Vulva dan vagina menbuka)
• DJJ : 138X / menit
• HIS : 4x 10 menit > 40 detik
• Pemeriksaan dalam pukul 02.30 WIB
Pembukaan lengkap, porsio tidak teraba, Ketuban negatif, penurunan kepala di station +3, moulage tidak ada, Bagian terkecil janin tidak teraba.

III. ASSESMENT
G2P1A0 parturien aterm 37-38 minggu kala II dengan keaadaan ibu dan janin baik.

IV. PLANNING
• Mengenali tanda dan gejala kala II (dilakukan)
• Mengecek perlengkapan peralatan (dilakukan)
• Mengenali perlindungan diri (dilakukan)
• Mencuci tangan dan memakai handscoen (dilakukan)
• Memasukan oksitosin kedalam spuit (dilakukan)
• Membersihkan vulva dan perineum (dilakukan)
• Melakukan pemeriksaan dalam (dilakukan)
• Melakukan pemeriksaan DJJ (dilakukan)
• Mendokumentasikan hasil pemeriksaan (dilakukan)
• Memberitahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan ibu dan janin baik (dilakukan)
• Membantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman (dilakukan)
• Memberikan minum disaat kontraksi tidak ada (dilakukan)
• Melaksanakan bimbingan meneran (dilakukan)
• Meletakan kain diatas perut ibu dan dibawah bokong ibu yang dibuat segitiga (dilakukan)
• Memastikan kelengkapan partus set (dilakukan)
• Melindungi perineum dengan satu tangan dan tangan yang satu lagi menahan kepala setelah kepala kroning(dilakukan)
• Menganjurkan kepada ibu untuk meneran perlahan,bernapas cepat dan dangkal saat kepala bayi lahir (dilakukan)
• Memeriksa lilitan tali pusat (dilakukan, hasil tidak ada lilitan)
• Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan (dilakukan)
• Memegang kepala bayi secara biparietal (dilakukan)
• Melakukan sangga susur (dilakukan)
• Melakukan pemeriksaan selintas pada bayi (dilakukan, hasil bayi normal)
• Mengeringkan bayi (dilakukan)
• Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi ke dua (dilakukan)

KALA III PERSALINAN
I. DATA SUBJEKTIF
Pukul 02.40 WIB ibu mengatakan merasa senang karena bayinya lahir dengan selamat akan tetapi ibu masih merasa mulas.

II. DATA OBJEKTIF
• Kadaan umum ibu : Baik
• Kesadaran ibu : Composmentis
• Muka dan bibir : Tidak pucat
• TFU : Sepusat
• Kontraksi uterus : Baik

III. ASSESMENT
P2A0 Kala III dengan keadaan umum ibu baik

IV. PLANNING
• Memberitahukan kepada ibu akan disuntikan oksitosin (dilakukan)
• Menyuntikan oksitosin (dilakukan)
• Menjepit dan memotong tali pusat(dilakukan)
• Meletakan bayi diperut ibu untuk IMD (dilakukan)
• Memindahkan tali pusat, meletakan satu tangan diatas simpisis pubis terus melakukan dorsokranial dan tangan yang satu lagi menegangkan tali pusat (dilakukan)
• Melahirkan plasenta dengan kedua tangan (dilakukan)
• Melakukan masase uterus (dilakukan)
• Memeriksa plasenta dan memasukannya kedalam tempat plasenta (dilakukan)
• Memeriksa laserasi (dilakukan)

KALA IV PERSALINAN
I. DATA SUBJEKTIF
Pukul 02.50 WIB Ibu mengatakan sangat bahagia, ibu masih merasa lemas.

II. DATA OBJEKTIF
• Keadaan umum ibu baik
• Kesadaran ibu composmentis
• Tanda- Tanda Vital:
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 89 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 36,2 °C
• TFU : 2 jari dibawah pusat
• Kontraksi : Baik
• Kandung kemih : Kosong
• Perdarahan : ±200cc

III. ASSESMENT
P2A0 kala IV keadaan umum ibu baik

IV. PLANNING
• Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam (dilakukan)
• Mangajarkan ibu untuk masase uterus (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Mengevaluasi jumlah kehilangan darah (dilakukan)
• Mengobservasi kontraksi uterus (dilakukan)
• Membersihkan ibu dan memastikan ibu merasa nyaman (dilakukan dan ibu merasa nyaman)
• Mendekontaminasi tempat persalinan dan peralatan (dilakukan)
• Mencuci tangan 7 langkah (dilakukan)
• Memeriksa kandung kemih dan nadi (dilakukan)
• Memeriksa suhu ibu (dilakukan)
• Mendokumentasikan semua hasil temuan (dilakukan)
• Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Menganjurkan ibu untuk banyak minum (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Memberitahukan tentang ASI eksklusif (ibu mengerti)
• Mengajarkan cara menyusui yang baik (ibu mengerti)
• Mengajarkan ibu perawatan payudara (ibu mengerti)
• Menganjurkan ibu selalu menjaga kebersihan diri (ibu mengerti)
• Mengajarkan perawatan bayi (ibu mengerti)
• Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya nifas (ibu mengerti)













1.2 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas (Postpartum)
No. Register / Rekam Medik : 245848
Tanggal Masuk : 5 Agustus 2009
Tanggal / Jam Pengkajian : 5 Agustus 2009/ 01.00 WIB
Pengkaji : Eva Ernawati
Tempat Pengkajian : RSUD Kota Bandung

Biodata

Nama Ibu : Ny. R
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah : AB
Nama Suami : Tn. T
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol.Darah : AB

Alamat : Cikopo RT 04/05 Babakan Peuteuy Cicalengka

I. DATA SUBJEKTIF
A. ALASAN PERIKSA
Ibu mengatakan sudah melahirkan, ibu mengaku masih merasa lemas.
B. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
P2A0, bersalin pada tanggal 5 Agustus 2009 pada pukul 02.40 WIB, pada usia kehamilan 37-38 minggu. Ibu melahirkan di Rimah Sakit dan jenis persalinannya spontan. Selama persalinan ibu tidak mengalami komplikasi dan setelah persalinan keadaan umum ibu baik. Ibu melahirkan bayi perempuan dengan berat badan 2850 gram, panjang badan 49 cm dan Apgar skore 7-9.




C. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS LALU
No Anak ke- Persalinan Anak Nifas
Tahun Tempat Usia kehamilan Jenis Persalinan Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan
1 1 2006 BPS 9 Bln Spt Bdn - L 2500 45 Hidup Normal
HAMIL INI

D. RIWAYAT GINEKOLOGI
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksinya. Misal: kista ovarium, ca. cervik, mioma, mola, dll.
E. RIWAYAT PENYAKIT
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang dapat memperberat dan diperbarat oleh kehamilannya. Misal; Hipertensi, Jantung, DM, Asma, dll.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah mengalami penyakit keturunan maupun penyakit menular.
G. RIWAYAT SEKSUAL
Ibu mengatakan dalam melakukan hubungan seksualnya dilakukan 2 kali dalam seminggu, namun setelah kehamilannya besar hubungan seksualnya dilakukan minimal 2 minggu sekali.
H. RIWAYAT KONTRASEPSI
Sebelum hamil ibu mengguanakan kontrasepsi pil selama 2 tahun kemudian ibu berncana akan menggunakan kontrasepsi suntik.
I. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu mengatakan sekarang tinggal bersama suami dan mertua. Hubungan dengan keluarga sangat baik, semua keluarga sangat mendukung kelahiran anak keduanya. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.

J. RIWAYAT NUTRISI
Pola makan ibu teratur 3-4 kali dalam sehari dengan porsi kecil tapi sering. Jenis makanan yang dikonsumsi adalah nasi, sayuran, ikan, telur, buah-buahan dan lain-lain. Ibu minum 8 gelas perhari dan kadang-kadang minum teh manis. Ibu tidak memiliki alergi atau pantangan terhadap makanan tertentu.
K. RIWAYAT AKTIVITAS
tidur malam 8 jam. Terakhir ibu istirahat cukup.
L. RIWAYAT ELIMINASI
BAK 4-5 kali sehari, warnanya kuning, baunya khas, tidak ada keluhan saat BAK. BAB 1 kali sehari, konsistensinya lembek, baunya khas dan tidak ada keluhan saat BAB.
M. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DAN BAHAN LAIN, KEBIASAAN HIDUP SEHAT
Ibu mengaku tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Selama kahamilan ibu tidak suka minum jamu-jamuan. Suami merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

II. DATA OBJEKTIF
A. KEADAAN UMUM IBU
Keadaan umum ibu baik
B. KESADARAN IBU
Kesadaran ibu composmentis
C. TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 36,1° c


D. PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala
• Rambut : warnanya hitam, bersih, tidak ada benjolan abnormal
• Muka : tidak ada oedema
• Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
• Mulut : bibir lembab, simetris, tidak pucat, tidak terdapat
stomatitis, rahang tidak pucat, gigi bersih.
• Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, refleks meneran baik
• Payudara : bentuk simetris, putting susu menonjol, kolostrum
ada, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar aksiler, tidak
ada retraksi atau dimpling.
• Paru-paru : pergerakan nafas normal dan teratur
• Jantung : irama jantung teratur
- Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong.
- Anogenital
Pengeluaran pervaginam /lokea rubra warna merah, jumlah sedikit dan konsistensinya cair dan baunya khas.
• Vulva : Tidak ada varises ,tidak ada pembengkakan pada kelenjar
skene dan bhartolin,tidak ada jahitan
• Anus : tidak ada varises ,tidak ada haemoroid
- Ekstremitas
Atas : warna kuku tidak pucat,turgor baik,tidak ada oedema,
Bawah :warna kuku tidak pucat,turgor baik,tidak ada oedema.



E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah : tidak dilakukan
Pemeriksaan urine : tidak dilakukan

III. ASSESSMENT
P2A0 Postpartum spontan 2 jam keadaan ibu baik

IV. PLANNING
• Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu mengerti)
• Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini (ibu mengerti dan mau melakukanya)
• Menganjurkan ibu untuk banyak makan makanan bergizi (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat (ibu mengerti)
• Memberitahukan tentang ASI eksklusif (ibu mengerti)
• Mengajarkan cara menyusui yang baik (ibu mengerti)
• Mengajarkan ibu perawatan payudara (ibu mengerti)
• Menganjurkan ibu selalu menjaga kebersihan diri (ibu mengerti)
• Mengajarkan perawatan bayi (ibu mengerti)
• Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya nifas (ibu mengerti)
• Mengobsevasi KU,kontraksi,TFU,TTV,perdarahan (dilakukan)
• Mencatat semua hasil di lembar observasi (dilakukan)








1.3 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir (Neonatus)
No. Register / Rekam Medik : 245848
Tanggal Masuk : 5 Agustus 2009
Tanggal / Jam Pengkajian : 6 Agustus 2009/ 16.00 WIB
Pengkaji : Puspita Apriyatni D
Tempat Pengkajian : RSUD Kota Bandung

Biodata

Nama Ibu : Ny. R
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah : AB
Nama Suami : Tn. T
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol.Darah : AB

Alamat : Cikopo RT 04/05 Babakan Peuteuy Cicalengka

Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny.Rika
Tgl lahir/hari/jam :5 agustus 2009/rabu/02.10 WIB
Jenis kelamin :Perempuan
Berat badan :2850 gram
Panjang badan :49 cm

I. DATA SUBJEKTIF
A. ALASAN PERIKSA
Untuk mengetahui keadaan umum bayi.
B. RIWAYAT PERSALINAN
Tidak ada penyulit selama kehamilan dan persalinan
Penolong persalinan :Bidan
Tempat bersalin :RSUD Kota Bandung
Cara persalinan :Spontan
Berat badan lahir :2850 gram
Panjang badan lahir :49 cm
Presentasi :Kepala
Tidak ada kelainan pada saat lahir
C. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR
Pada saat lahir kulit bayi berwarna kemerahan,frekuensi pernafasan 40x/menit,pergerakan aktif,dan menangis spontan.
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan maupun penyakit menular dalam keluarganya.
E. INTAKE CAIRAN
Ibu segera memberikan ASI nya beberapa saat setelah bayi lahir dan ibu selalu memberikan ASI nya setiap bayinya menginginkannya.
F. ELIMINASI
Bayi sudah BAB dan BAK, konsistesi mekonium.
G. ISTIRAHAT DAN TIDUR
Saat tertidur bayi terlihat tenang.
H. PSIKOSOSIAL
Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya.

II. DATA OBJEKTIF
• Keadaan umum : Baik
• Berat badan : 2850 gram
• Suhu : 37ºC
• Antropometri
- Lingkaran dada : 33 cm
-Lingkaran kepala : 32 cm (fronto oksipito)
• Denyut jantung : 140x/menit
• Pernafasan : 40x/menit
• Pemeriksaan fisik
Kulit :Kulit berwaran kemerahan,terdapat verniks,dan lanugo pada kulit bayi
Kepala :Bentuk simetris,rambut berwarna kehitaman,tidak ada benjolan
Mata :Bentuk simetris,konjungtiva merah muda,dan seklera tidak ikterik
Hidung :Bentuk simetris,tidak ada benjolan,tidak ada pengeluaran secret,dan pernafasaan teratur
Mulut :Bentuk simetris,bibir lembab dan berwarna merah muda,refleks rooting baik
Telinga :Bentuk simetris,tidak ada pengeluaran
Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan limfe, tidak ada benjolan,refleks keeni ches baik
Dada :Irama nafas teratur,bunyi jantung teratur
Abdomen :Bentuk simetris,tidak terdengar bising usus,tidak ada tanda-tanda infeksi di sekitar tali pusat,dan tidak ada benjolan abnormal
Genitalia :Lubang uletra ada,labia mayora sudah menutupi labia minora.
Punggung :Bentuk simetris,tidak ada benjolan
Bokong :Tidak terdapat benjolan
Anus :Terdapat lubang anus
Ekstremitas atas : Gerakan aktif ,jumlah jari lengkap,refleks genggam baik,tidak terdapat kelainan
Ekstremitas bawah :Gerakan aktif,jumlah jari lengkap,refleks babinski baik,tidak
terdapat kelainan

III. ASSESMENT
Neonatus 1 jam spontan dengan keadaan umum baik

IV. PLANNING
• Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga (ibu mengerti)
• Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat untuk mencegah hipotermi (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Mengajari ibu cara merawat tali pusat (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Memberitahu ibu cara member ASI yang baik (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi (ibu mengerti dan mau melakukannya)
• Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi (ibu mengerti dan mau melakukannya)













BAB IV
MASALAH DAN PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan
Dalam memberikan asuhan kepada klien, tindakan yang diberikan harus sesuai dengan kerangka acuan yang ada yaitu daftar tilik. Kerangka acuan tersebut merupakan suatu pedoman yang sistematis dan praktis. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, tidak semua tahapan dalam daftar tilik dilaksanakan dengan baik dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang tidak dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)
Dalam langkah APN, secara umum sudah dilakukan secara berurutan. Akan tetapi, terdapat beberapa langkah yang tidak dilakukan dan berbeda dalam pelaksanaannya dengan daftar tilik, yaitu langkah ke 7, 23, 24, 31, 42, 54, dan langkah ke-55.
2. Langkah Pemeriksaan Ibu Post Partum
Begitu juga dengan pemeriksaan ibu nifas, langkah tidak dilakukan, yaitu langkah ke 19,24, 25, 27 serta langkah ke-29.
3. Langkah Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pada pemeriksaan bayi baru lahir, langkah yang kurang tepat dilakukan yaitu langkah ke-33,dan 45
Dan secara keseluruhan kondisi yang terjadi di klinik, sama seperti di teori, seperti fase aktif yang terjadi pada multigravida terjadi dari pembukaan 6 sampai lengkap memakan waktu 1 jam. Dan kala selanjutnya dalam persalinan berlangsung normal, sesuai dengan teori persalinan yang fisiologis.


5.1 Pembahasan
Adapun penjelasan dari masing-masing masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Langkah APN
a. Langkah ke-7
Pada langkah ke-7, vulva hygiene dengan kapas basah tidak dilakukan, vulva yang basah karena cairan ketuban hanya diseka saja dengan kasa dari depan ke bawah, tidak ada feses yang keluar. Jadi langsung dilanjutkan ke langkah berikutnya, yaitu melakukan pemeriksaan dalam.
b. Langkah ke-23 dan 24
Pada langkah ini, yaitu sanggah susur, pelaksanaanya dilakukan tidak maksimal karena proses pengeluaran bahu, badan dan ekstremitas bayi berlangsung sangat cepat dan penolong belum kompeten, sehinga terjadi kesulitan dalam memegang badan, terutama pengapitan kaki bayi oleh tangan penolong.
c. Langkah ke- 31
Pada langkah ini, yang berbeda hanya alat yang dipakai untuk mengikat tali pusat, pada daftar tilik, yang dipakai adalah benang DTT, tapi di klinik, yang dipakai adalah klem plastic steril yang disposable, dengan pertimbangan lebih praktis dipakai.
d. Langkah ke-42
Langkah ini tidak dilakukan karena penolong belum menyiapkan air DTT di dekat tempat tidur, sehingga penolong mengambil kain bersih untuk di simpan diatas perut ibu dan digunakan untuk mengecek kontraksi rahim.
e. Langkah ke-54 dan 55
Langkah ini dilakukan oleh petugas dari peri, penolong tidak melakukan karena kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan petugas peri.
2. Langkah Pemeriksaan Ibu Post Partum
a. Langkah ke-19
Pada pemeriksaan payudara, pemeriksa hanya memeriksa pengeluaran ASI dan tidak melakukan palpasi secara memutar, hanya meraba payudara saja, dan tidak terdapat bendungan ASI karena ibu sering menyusui bayinya.
b. Langkah ke-24
Pemeriksa tidak menggunakan sarung tangan karena ibu tidak mempunyai luka perineum. Tapi hal ini tidak sesuai, karena dapat membahayakan pemeriksa dan ibu bila saat melakukan pemeriksaan selanjutnya pemeriksa lupa menyentuh perineum.
c. Langkah ke-25
Tidak dilakukan karena tidak terdapat luka perineum.
d. Langkah ke-27
Tidak dilakukan karena penolong tidak memakai sarung tangan.
e. Langkah ke-29
Tidak dilakukan, karena pemeriksa yang belum terampil. Pemeriksa hanya menanyakan mobilisasi ibu, dan ibu sudah mulai berjalan-jalan di sekitar kamar perawatan.
3. Langkah Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
a. Langkah ke- 45
Langkah ini tidak dilakukan karena pemeriksa lupa dan belum terampil.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan yang diberikan kepada klien belum maksimal dilaksanakan karena kesiapan penolong yang belum maksimal. Praktek klinik kebidanan I merupakan tahap awal praktek memulai menolong persalinan, sehingga merupakan fase adaptasi/penyesuaian bagi mahasiswa untuk menghadapi kondisi yang ada di klinik seperti melakukan asuhan secara langsung pada ibu bersalin, ibu nifas dan bayi,barulahir. Selain itu, penolong mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan, sehingga daftar tilik tidak dilakukan secara sistematis, keseluruhan dan maksimal.
5.2 Saran
Bagi pihak rumah sakit:
• Adanya preconference dan postconference sehingga mahasiswa lebih terpantau. Mahasiswa setiap harinya akan menyiapkan target yang akan dilakukan selama di klinik. Sehingga persiapan secara pengetahuan dan mental akan lebih matang.

Jumat, 14 Agustus 2009

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN
1. Definisi
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepi sampai dari mulai nya persalinan atau lahirnya janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Mochtar, 1998)
Kehamilan normal meruakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
2. Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)
3. Usia Kehamilan
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)
4. Gejala dan Tanda Kehamilan
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
Tanda perkiraan kehamilan atau dugaan hamil berdasarkan pada data subjektif yang dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dideteksi tanpa didukung dengan adanya data objektif.
Tanda dan gejala meliputi :
1) Amenorea ( tidak dapat haid )
Gejala awal yang biasa terjadi antara lain tidak mendapat haid. Hal ini merupakan gejala awal yang penting agar dapat menentukan tuanya dan tafsiran persalinan dengan cara mengingat hari pertama haid terakhir.
2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
Wanita hamil biasanya akan mengeluh merasa mual atau enek dan terkadang diikuti dengan adanya muntah. Gejala ini terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi peningkatan asam lambung, sehingga menimbulkan mual muntah.
3) Mengidam
Tidak seluruh wanita mengalami gejala ini, namun pada umumnya wanita hamil sering menginginkan makanan atau minuman terentu, hal ini disebut dengan ngidam.
4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
Payudara membasar, tegang dan sedikit nyeri yang disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus alveoli payudaya. Kelenjar montgomery terlihat lebih membesar.
5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan hilang dengan tuanya kehamilan.
6) Sinkope ( pingsan )
Gejala ini sering dijumpai apabila wanita tersebut berada di tempat-tempat yang ramai, dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat yang ramai. Hal ini terjadi karena gangguan sirkulasi ke daerah (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan, keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
7) Sering berkemih
Ketika hamil kadung kemih akan tertekan oleh pembesaran rahim, hal ini yang menyebabkan seringnya buang air kecil. Gejala ini akan hilang pada trimester kedua dan pada akhir kehamilan akan timbul kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin yang sudah mulai turun ke rongga panggul.
8) Obstipasi ( susah buang air besar )
Gejala ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh terhambatnya peristaltic usus yang terjadi karena peningkatan progesterone.
9) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
a) Muka ( pipi, hidung dan dahi ) serta leher
b) Dinding perut akan timbul striae nigra, linea alba yang makin menghitam.
10) Epulis
Merupakan hipertropi papilla ginggivae dan sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
11) Varises
Terjadi karena pengaruh estrogen dan progesteron dan sering didapat pada daerah genetalia eksterna, betis, dan kaki.
(Wiknjosastro, 2005)
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tanda kemungkinan hamil berdasarkan pada data objektif yang dapat didokumentasikanoleh pemeriksa. Tanda ini lebih nyata dari tanda dan gejala perkiraan kehamilan, namun meskipun demikian tanda ini tetap bukan merupakan temuan diagnostik yang pasti.



Tanda-tandanya antara lain:
1) Perut membesar sesuai dengan tuanya kehamilan. Perubahan terjadi dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2) Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling bersentuhan.
3) Tanda Chadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah.
4) Tanda Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.
5) Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras.
6) Teraba ballotemen.
7) Pemeriksaan tes kehamilan positif.
c. Tanda pasti hamil
1) Adanya gerakan janin dalam rahim.
2) Terdengar bunyi jantung janin.
3) Rangka janin terlihat melalui sinar rongent ketika dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi ( USG ).
(Mochtar, 1998)
5. Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah proses.
Perubahan tersebut meliputi :
a. Perubahan uterus
Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005)
b. Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak. (Winkjosastro, 2005)
c. Vagina dan vulva
Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon estrogen . Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)
d. Payudara ( mamae)
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e. Sirkulasi darah ibu
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005)
f. Sistem respirasi ( pernafasan)
Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)
g. Traktus digestivus ( pencernaan )
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)
h. Traktus urinarius ( perkemihan )
Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)
i. Kulit
Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH). (Winkjosastro, 2005)

j. Berat badan bertambah
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg – 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu. (Winkjosastro, 2005)
6. Diagnosa Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari konsepsi sampai persalinan kira-kira 280 hari ( 40 minggu ) dan tidak boleh lebih dari 300 hari ( 43 minggu ) yaitu :
a. Kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur.
b. Kehamilan erumur 37 – 42 minggu disebut kehamilan matur atau aterm.
c. Kehamilan berumur 36 – 38 minggu disebut kehamilan pre matur.
d. Kahamilan yang kurang dari 20 minggu disebut abortus.
(Winkjosastro, 2005)
7. Diagnosis banding kehamilan antara primipara dan multipara:
a. Primipara
1) Perut tegang
2) Pusat menonjol
3) Rahim tegang
4) Payudara tegang
5) Labia mayora bersatu
6) Himen koyak beberapa tempat
7) Vagina sempit dengan rugae utuh
8) Serviks licin, lunak, tertutup
9) Pembukaan serviks mendatar dulu diikuti pembukaan
10) Perineum masih utuh
b. Multipara
1) Perut longgar, terdapat strie
2) Pusat dapat datar
3) Rahim agak lunak
4) Payudara menggantung, agak lunak, terdapat striae
5) Labia mayora agak terbuka
6) Himen karukula himenalis
7) Vagina lebar, rugae kurang.
8) Serviks sedikit terbuka, teraba bekas luka robekan persalinan
9) Pembukaan serviks membuka bersamaan dengan mendatar
10) Perineum bekas luka episiotomi
(Manuaba, 1998)
8. Pemeriksaan Kehamilan
a. Pengertian
Pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.


b. Tujuan
1) Mementau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Esklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan juga keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
c. Jadwal pemeriksaan
1) Pemerikasaan pertama
Pemerikasaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
2) Pemeriksaan ulang
a) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.
b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan.
c) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.

3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
(Mochtar, 1998)
d. Pemeriksaan ibu hamil
1) Anamnesa : anamnesa identitas klien dan anamnesa umum seperti keluhan-keluhan, tentang haid, tentang kehamilan, persalinan, riwayat kehamilan sebelumnya.
2) Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legeartis seperti tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan sebagainya.
3) Perkusi
Pemeriksaaa reflek patella (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris. (Ria Firman, 2008)
4) Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besar dan konsistensi uterus, bagian-bagian janin, letak, presentasi, gerakan janin dan kontraksi rahim.
Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopod yang terdiri atas 4 bagian
Leopod I : Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus, konsistensi uterus.
Leopod II : Menentukan batas samping kanan-kiri, menentukan letak pungggung janin, pada letak lintang menentukan mana bagian kepala janin.
Leopod III : Menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk pintu atas panggul atau masih goyang.
Leopod IV : Pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu hamil, bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas pinggul.
5) Auskultasi
Digunakan stetoskop monoral atau dopler untuk mendengarkan DJJ. (Mochtar, 1998)
6) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Hemoglobin adalah suatu pigmen didalam sel darah merah yang merupakan suatu senyawa kompleks dari besi (Fe), protophorphirin, dan globin.
Persiapan:
1. Siapkan peralatan haemometer yang terdiri dari tabung Sahli dan standar warna tetap dan pipet kapiler Sahli untuk menghisap darah
2. Siapkan bahan yang terdiri dari darah vena/kapiler, larutan HCl 0,1 N, akuades, tisu, lanset.


Teknik pelaksanaan:
1. Masukan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai mencapai angka2
2. Isap darah vena/kapiler dengan pipet Sahli sampai volume 0,02 ml
3. Hapus darah yang menempel pada bagian luar pipet Sahli dengan tisu
4. Kocok isi tabung perlahan-lahan agar sampel darah dan larutan HCl 0,1 N bereaksi sampai warna larutan menjadi sawo matang tua
5. Tambahkan akudes tetes demi tetes tiap kali diaduk dengan batang pengaduk sampai warna larutan sama dengan warna standar tetap
6. Baca nilai haemoglobin sampel darah pada skala alat haemoglobin. (Ria Firman, 2008)
b) Pemeriksaan Protein Urine
Dengan asam sulfosalisil:
1. 2(dua) tabung reaksi diisi masing-masingnya dengan 2 (dua) ml urin yang akan diperiksa.
2. Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemuadian dikocok.
3. Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.
Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir ;
1. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan & tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap protein “Positif”.
2. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan & muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence Jones.

Pemanasan dengan Asam Asetat:
1. Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.
2. Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.
3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.
4. Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein Positif.
5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian semikuantitatif kepada hasilnya.
Penilaian Hasil:
_ : tidak ada kekeruhan.
+ : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).
++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%).
+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).
++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).
c). Pemeriksaan glukosa urin
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi. (Ria Firman, 2008)
e. Nasehat dan konseling
1) Informasi tentang kehamilan dan persalinan
2) Pentingnya perawatan diri selama kehamilan
3) Keuntungan pemberian ASI pada bayinya kelak
4) Persiapan untuk persalinan
5) Persiapan untuk bayi baru lahir
6) Pengaturan untuk transportasi bila terjadi keadaan darurat pada ibu atau bayi
7) Cara KB sesudah melahirkan
8) Pentingnya istirahat
9) Menjalani kehamilan dengan rasa bahagia
10) Konsumsi tablet Fe
11) Tanda-tanda bahaya kehamilan
12) Gizi
(Dep-Kes, 1999)
9. Manajemen Kebidanan
a. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan bardasarkan teori ilmiah temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Salmah, 2006)

b. Proses manajemen kebidanan
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkaan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2) Menginterpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. (Salmah, 2006)



c. Dokumentasi SOAP
S (Subjektif)
Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan pasien.
O (Objektif)
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan diraba oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.
A (Assessment)
Kesimpulan dibuat berdasarkan interpretasi data subjektif atau objektif sehingga dapat diidentifikasi diagnosa atau masalah dan kebutuhan akan tindakan segera.
P (Perencanaan)
Perencanaan asuhan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan dan hasil interpretasi data yang sudah dianalisa.

10. ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia merupakan penyakit yang masih cukup tinggi prevalensinya di negara berkembang terutama kelompok risiko tinggi seperti ibu hamil dan menyusui. Anemia zat besi merupakan anemia gizi yang prevalensinya masih cukup tinggi di masyarakat terutama pada ibu hamil. Diperkirakan 70% wanita hamil di Indonesia menderita anemia kurang zat besi dan menurut hasil SKRT 1986 kadar Hb rata-rata ibu hamil di Indonesia adalah 8,7 g/d1. Batas normal kadar Hb pada wanita dewasa adalah 12-14 g/dl, sedang pada wanita hamil dengan kadar Hb 11 g/dl masih dianggap normal. Bila kurang dari 11 g/dl dinyatakan sebagai anemia.
Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 katagori :
1. Normal 11 g/dl atau lebih
2. Anemia ringan : 8 - < 11 g/dl dan
3. Anemia berat : < 8 g/dl (Cermin dunia kedokteran, 1999)

Anemia pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan. Ibu hamil dengan anemia dapat menimbulkan seperti abortus, partus premature, partus lama, perdarahan post partum, syok, infeksi baik intrapartu maupun postpartum.(Wiknjosastro, 2005) Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari Diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan. (Cermin dunia kedokteran, 1999)

a. INISIASI MENYUSUI DINI
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. biarkan bayi di dada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri putting susu ibunya dan langsung diminum. Masa ini bisa sampai 2 jam dan hal ini tidak menjadi masalah. Bila bayi kedinginan dada sang ibu akan meningkat hangat sampai 2 derajat, jika bayi kepanasan otomatis suhu dada ibu menurun sampai 1 derajat. Inisiasi dini juga berlaku untuk bayi yang lahir dengan cara sesar, vakum. (Practical Hints, 2007)

Manfaat Inisiasi
a) Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI ekslusif akan menurunkan kematian.
b) ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tak diberi enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak.
c) Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak, akan diberikan banyak. Sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.
(Healthy life, 2006)

12. Pemeriksaan perineum untuk perdarahan aktif
Derajat I ● Mukosa vagina, Fourchette posterior, Kulit perineum
Derajat II ● Mukosa vagina, Fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum.
Derajat III ● Mukosa vagina, Fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani eksternal.
Derajat IV ● Mukosa vagina, Fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani eksternal, dinding rectum anterior.
(Depkes RI, 2004)

C. PERSALINAN
1. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Dep-kes RI, 2004)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Mochtar, 1998)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa kompilkasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2006)
2. Macam-macam persalinan
a. Persalinan spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep, atau dilakukan operasi sectio caesarea .
c. Persalinan anjuran
Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
(Sastrawinata, 1983)
3. Proses terjadinya persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu:
a. Estrogen
1) Menimbulkan sensitifitas otot-otot rahim
2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanik
b. Progesteron
1) Menurunkan sensitifitas otot rahim
2) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis
3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan progesteron dan estrogen menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan hipofise posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan. Oleh karena itu makin tua usia kehamilan frekuensi kontraksi semakin sering.
4. Sebab-sebab mulainya persalinan
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga menimbulkan his bila kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Teori ini dapat menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
e. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale. Bila gangglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
f. Induksi partus
Partus dapat ditimbulkan dengan jalan :
1) Ketuban ganggang laminaria
Beberapa laminaria dimasukkan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
2) Amniotomi pemecahan
3) Pemberian oksitosin menurut tetesan infus
(Mochtar, 1998)
5. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelum wanita memasuki bulannya, minggunya, atau harinya terdapat kala yang disebut dengan kala pendahuluan (prepatoty stage of labor). Kala ini memebrikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering atau susah buang air kecil (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Rasa sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut false labaor pians.
e. Serviks menjadi lebih lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bila berczmpur darah (bloody show).
(Mochtar, 1998)

6. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
a. Tenaga atau kekuatan ( power )
1) His ( kontraksi uterus)
His pendahuluan atau his palsu adalah kontraksi rahim yang terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, ini merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks.
2) Kontraksi alat-alat rahim
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu refleks yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan diafragma ke bawah. Tenaga ini dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa tenaga ini janin tidak akan lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu degan forceps.
4) Legimentous action terutama legimentum rotundum.
b. Faktor passenger
Janin, ketuban, dan plasenta
c. Faktor passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir keras
d. Faktor psikis
Dukungan mental dan spiritual dari pihak keluarga maupun bidan dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan
e. Faktor penolong
Tenaga medis yang diharapkan mampu mengawasi dan menolong proses persalinan agar persalinan berjalan lancar (bidan atau dokter).

7. Tanda-tanda inpartu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
(Mochtar, 1998)
8. Mekanisme persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala :
a. Kala I :Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
b. Kala II :Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran.
c. Kala III :Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
d. Kala IV :Kala dari lahirnya plasenta selama satu sampai dua jam.
( Depkes RI, 2004 )



KALA I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten persalinan
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
c. Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.
2. Fase aktif persalinan
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
b. Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).
c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin


Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:
1) Fase akselerasi, berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal, berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, berlangsung sangat lambat dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian. Akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerisasi terjadi lebih pendek. Perbedaan fase tersebut pada primigravida dan multigravida adalah:

Primigravida Multigravida
a. Serviks mendatar (effacement) a. Mendatar dan membuka bisa bersamaan
b. Berlangsung 13-14 jam b. Berlangsung 6-7 jam

KALA II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
1. Tanda dan gejala kala II
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan /atau vaginanya.
c. Perineum terlihat menonjol.
d. Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.
e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
2. Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukan :
a. Pembukaan serviks telah lengkap.
b. Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.
c. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata ½ jam.

KALA III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
1. Fisiologi kala III persalinan
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebawah uterus atau bagian atas vagina.
2. Tanda-tanda lepasnya plasenta
a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
b. Tali pusat memanjang.
c. Semburan darah tiba-tiba.
3. Manajemen aktif kala III
a. Tujuan
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
b. Keuntungan
b. 1) Kala III persalinan yang lebih singkat.
b. 2) Mengurangi jumlah kehilangan darah
b. 3) Mengurangi kejadian retensio plasenta
c. Tiga langkah manajemen aktif kala II
c. 1) Pemberian suntikan oksitosin
c. 2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
c. 3) Massase fundus uteri
KALA IV
Asuhan dan pemantauan pada kala IV
Setelah plasenta lahir :
1. Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, perdarahan masih dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (apakah ada laserasi atau episiotomi).
5. Evaluasi kondisi ibu secara umum.
6. Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan dihalaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
9. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
a. Tujuan partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan adanya pembukaan serviks melalui periksa dalam, mendeteksi apakah persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian juga dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
b. Penilaian dan pencatatan kondisi ibu dan janin secara seksama:
1) Denyut jantung janin: setiap ½ jam.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
3) Nadi : setiap ½ jam.
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5) Penurunan : setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7) Produksi urin aseton dan protein : setiap 2 jam sampai 4 jam.
( Depkes RI, 2004 )

D. NIFAS
1. Definisi
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2002)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Mochtar, 1998)
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari akan tetapi seluruh organ reproduksi baru akan pulih sempurna seperti keadaan sebelum hamil memerlukan waktu 3 bulan. ( Wiknjosastro, 2002 )
2. Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologi pada involusi alat-alat kandungan pada jam pertama sesudah partus, akan terjadi adaptasi pada semua sistem dalam tubuh.
a. Involusi uterus
Suatu proses perubahan fisiologis pemulihan organ reproduksi kembali sempurna dimana uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali sebelum hamil.
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat simpisis
Tidak teraba diatas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram

b. Kontraksi uterus
Setelah 1-2 jam pertama postpartum kontraksi uterus menurun dan kontaksi menjadi lebih stabil.


c. After pains (mules-mules)
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
d. Luka jalan lahir
Luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
e. Tempat melekatnya plasenta
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
f. Serviks
Setelah persalinan, bentukserviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.
g. Legimen
Legimen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menciut dan pulih kembali.
h. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
1) Lochea rubra (cruenta) berisi darh segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Postpartum hari pertama sampai dengan hari ketiga.
2) Lochea sanguinolenta berwarna merah kecokelatan mengandung sel darah tua, sisa jaringan dan leukosit. Hari ke-3 sampai ke-7 postpartum.
3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berwarna lagi mengandung sel darah merah sedikit, sel desidua, leukosit, sisa-sisa jaringan. Hari ke-7 sampai ke-14 postpartum.
4) Lochea alba cairan putih berwarna jernih mengandung leukosit, sel epitel, mukosa, bakteri. Setelah 2 minggu postpartum.
i. Perubahan pada vagina dan perineum
1) Dinding vagina yang lembut akan kembali setelah 6-8 minggu postpartum. Rugea (lekuk-lekuk dinding vagina) kembali 4 minggi postpartum.
2) Penebalan mukosa (selaput lendir vagina) terjadi bersamaan berfungsinya kembali ovarium.
3) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi. Pada postpartum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali lagi tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
(Mochtar, 1998)
3. Periode postpartum
Periode postpartum dibagi menjadi tiga:
a) Immediate postpartum atau postpartum dini
Dihitung 24 jam setelah plasenta lahir, dimana ibu memiliki kepilihan kembali dan dibolehkan berdiri atau jalan-jalan.
b) Early postpartum atau puerperium intermedial
Hari ke-7 setelah partus sampai pulihnya kembali alat-alat genitalia seluruhnya yang lamanya 6-8 minggu.
c) Late postpartum atau remote puerperium
Minggu ke-2 sampai ke-6 setelah partus. Remote puerperium adalah waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan sehat sempurna bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
4. Fase adaptasi psikologis masa nifas :
a. Fase Taking In
Terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 post partum merupakan masa ketergantungan.
Ciri-cirinya :
1) Membutuhkan tidur yang cukup
2) Nafsu makan meningkat
3) Menceritakan pengalaman partusnya
4) Bersikap sebagai penerima

b. Fase Taking On/Taking Hold
Terjadi pada hari kedua sampai hari ke-4 postpartum
Ciri-cirinya :
1) Bersifat sebagai pengatur
2) Selalu beraktivitas
3) Tingkat kecemasan yang kuat
4) Bersikap sebagai seorang ibu
c. Fase Letting Go
1) Terjadi setelah ibu pulang kembali
2) Masa ini dipengaruhi oleh perhatian dari keluarga
3) Ibu bertanggung jawab terhadap perawatan bayinya
4) Terjadi depresi
5. Jadwal kunjungan masa nifas
Tabel C-2. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
c. Memberikan konseling untuk mencegah perdarahan
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2 6 hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan normal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, tidak ada bau
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istihat
d. Memberikan konseling asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
3 2 minggu setelah persalinan a. Sama seperti 6 jam post partum
4 6 minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
b. Memberikan konseling uantuk KB secara dini

6. Perawatan masa nifas
a. Mobilisasi
Ibu harus istirahat baring terlentang selama 8 jam pasca bersalin, kemudian boleh imring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya trombosit dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk. Hari ketiga berjalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran, dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Wanita yang mengalami sulit kencing disebabkan adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.
e. Perawatan payudara (mammae)
Perawatan payudara telah dilakukan sejak wanita hamil supaya putting susu lumas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya dianjurkan pada ibu untuk menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
f. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mammae sejak kelahiran yaitu:
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2) Keluar cairan susu julong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan pada bagian dalam, dimana-mana vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan mio-efitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
g. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
h. Keluarga berencana
Menjelaskan kepada ibu mengenai macam-macam alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi kualitas ASI yaitu kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. Alat kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui adalah MAL, kondom, koitus interuptus, pil mini, depo progeston dan implant norvogesrel. (Saifuddin, 2002)



E. BAYI BARU LAHIR
1. Definisi
Bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dilahirkan dari ibu baik secara spontan atau tindakan dengan berat badan 2500-4000 gram tanpa cacat bawaan dan memiliki APGAR score 7-10. (Roesli, 2005)
2. Ciri-ciri Bayi Normal
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 44-53 cm
c. Lingkar kepala 33-35 cm
d. Dada cenderung bulat
e. Abdomen menonjol
f. Refleks moro positif, refleks isap bagus
g. Nilai APGAR 7-10
h. Gerakan aktif dan tangis kuat
i. Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung-ujung jari
j. Genetalia pada bayi perempuan, labia mayora menutupi labia minora. Pada bayi laki-laki testis sudah turun
(Depkes RI, 1993)

3. Keadaan klinik Bayi Baru Lahir Normal
a. Denyut jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali/menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit.
b. Pernafasan spontan 30-60 kali/menit.
c. Bayi tenang dalam keadaan stabil.
d. Daya hisap serta refleks teratur dan baik.
(Depkes RI, 1993)
4. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setalah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis pertolongan segera membersihkan jalan nafas.
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir. Tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril, sebelumnya pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan. Tali pusat diikat dengan pengikat steril dan dibungkus dengan kasa steril.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuat tetap hangat.

d. Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parental dengan dosis 0,5-1 mg/hari.
e. Memberikan obat tetes / salep mata
Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetra siklin 1 % dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
f. Identifikasi bayi
Identifikasi pada bayi baru lahir normal tanda pengenal harus diberikan sampai bayi dipulangkan, pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum : nama ( bayi atau ibu ), tanggal lahir, jenis kelamin. Ukur berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
5. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pementauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidaknya dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Dua jam pertama sesudah lahir
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.



6. Apgar Score

Keterangan Waktu
0 1 2 1 5
Apperiance (warna kulit) Pucat Badan merah ekstimitas biru Seluruh badan kemerahan
Pulse (heart rate)
(frekuensi jantung) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Grimace (reaksi rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan (grimace) Gerakan aktif
Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam sedikit fleksi Gerakan aktif
Respiration (pernafasan) Tidak ada Lemah atau tidak teratur Baik atau menangis
Jumlah

Keterangan :
Nilai 7-10 : Bayi normal
Nilai 4-6 : Asfiksia ringan/sedang
Nilai 0-3 : Asfiksia berat

7. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
a. Pernafasan sulit
b. Hipotermi
c. Warna kulit abnormal
d. Bayi tidak mau menyusu
e. Tali pusat merah atau bengkak
f. Infeksi
g. Diare
h. Letargi atau lemas
(Saifuddin, 2002)
8. ASI Eksklusif
a. Manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi
1) Sebagai nutrisi terbaik
2) Meningkatkan daya tahan tubuh
3) Menigkatkan kecerdasan
4) Meningkatkan jalinan kasih sayang
b. Manfaat pemberian ASI
1) Bagi bayi
a) Mengandung antibodi untuk mencegah infeksi
b) Mudah dicerna oleh bayi
c) ASI yang pertama adalah colostrum yang merupakan imunisasi pertama untuk bayi

d) Mengandung vitamin yang cukup (mineral dan zat besi)
e) Menghindarkan bayi dari alergi
2) Bagi ibu
a) Membantu ibu memulihkan dari proses persalinannya
b) Membantu membuat rahim berkontaksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan
c) Lebih murah dan ekonomis
d) Merupakan KB alami
e) Mencurahkan kasih sayang pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman






BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

A. MASA KEHAMILAN
Pada perkembangan kasus ini penulis menguraikan apa yang telah dilakukan saat Antenatal Care di BPS. Soraya Palembang. Untuk melengkapi data, penulis langsung mengadakan wawancara dengan klien, sebagai hasil dan catatat yang ada pada status serta data ibu hamil, dapat disajikan pada pengkajian sebagai berikut :
Pada hari Kamis, 27 November 2008 pukul 13.00 WIB, Ny. B dibawa ke kampus Akbid A’isyiyah Palembang untuk memeriksakan kehamilan Ny. B dengan tujuan ingin mengambil datanya dan ingin mengetahui keadaan ibu dan janinnya. Ibu mengeluh sering Buang Air Kecil (BAK), dan merasa mudah cepat lelah. Ibu berencana ingin melahirkan di BPS Soraya Palembang.
SUBJEKTIF
Ny. B, umur 27 tahun, suku Jawa, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, beralamat di jalan Malaka Rt. 34 Lebong Siarang Palembang.
a. Riwayat menstruasi
Ny. B pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 12 tahun, lamanya haid 6 hari, banyaknya 2 kali ganti pembalut, siklus 28
hari, teratur dan tidak merasakan nyeri haid baik sebelum dan sesudah mendapatkan menstruasi.
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 17-04-2008
Tafsiran Partus (TP) : 24-01-2009
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua, ANC pertama kali di BPS Soraya Palembang, karena telah mengalami terlambat haid dan timbul tanda-tanda dugaan hamil serta ingin melakukan test kehamilan. Pada bulan Mei 2008 di BPS Soraya, dilakukan pemeriksaan plano test dan hasilnya positif, dengan usia kehamilan 2 bulan. Gerakan janin pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan, pergerakan dalam 24 jam dirasakan kuat oleh klien.
Selama hamil Ny. B tidak mempunyai masalah khusus. Diet atau makanan sehari-hari : nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu. BAK dirasakan sering, BAB 1 kali sehari, istirahat atau tidur siang 1 jam dan malam 8 jam, seksualitas 2 kali seminggu. Ibu sudah mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid I pada tanggal 04 – 08 – 2008 dan Tetanus Toxoid II pada tanggal 07-10-2008 di BPS Soraya, ibu pernah menggunakan kontrasepsi suntik selama 6 tahun.
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua dan tidak pernah mengalami abortus. Anak pertama berjenis kelamin laki-laki , lahir di rumah secara normal dengan kehamilan ccukup bulan dan sudah berusia 6 tahun.
c. Riwayat kesehatan
Ny. B tidak pernah menderita penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, HIV / AIDS, TBC, Hypertensi, Hepar, Anemia dan tidak pernah di operasi.
Ny. B tidak pernah menggunakan alkohol, rokok, jamu-jamuan, dan obat-obatan kecuali yang diberikan oleh bidan. Ibu mengganti pakaian dalam 2 kali sehari.
d. Riwayat Sosial
Ny. B dan suami sangat mengharapkan kehamilan ini, karena mereka menginginkan anak perempuan karena anaknya yang pertama laki-laki. Status perkawinan menikah dengan Tn. D, satu kali, usia perkawinan 7 tahun , ibu hanya tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Semua mendukung kehamilan ini.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. B tidak ada keturunan kembar atau penyakit keturunan keluarga.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu tubuh 36,2 0 C, tinggi badan 149 cm, berat badan 55 kg, berat badan sebelum hamil 45 kg.
Pada pemeriksaan fisik, secara inspeksi, kepala atau rambut bersih, tidak rontok, kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterus, telinga dan hidung tidak ada kelainan, mulut dan gigi bersih. Caries pada gigi tidak ada, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar gatah bening. Pada payudara bentuk simetris, putting susu menonjol, ada hiperpigmentasi, abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi. Punggung lordosis, ekstrimitas atas dan bawah tidak ada oedema, tidak ada varises dan tidak ada tanda kemerahan.
Pada pemeriksaan palpasi, benjolan pada kulit kepala tidak ada, tidak ada tanda dehidrasi pada dahi, tidak ada polip pada hidung dan tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid serta kelenjar getah bening. Pada daerah dada, tidak terdapat benjolan pada payudara, colostrum mulai keluar, dan tidak ada nyeri. Pada abdomen, leopod I TFU 30 cm, pada bagian fundus teraba bagian yang kurang bulat, lunak, tidak melenting (teraba bokong). Leopod II teraba bagian yang panjang seperti tahanan pada abdomen sebelah kiri ibu (teraba punggung) dan pada abdomen sebelah kanan ibu teraba bagian-bagian kecil janin (tangan dan kaki). Leopod III pada bagian bawah abdomen, teraba bagian yang bulat, keras, melenting (teraba kepala). Leopod IV kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP). Pada tungkai tidak terdapat eodema.
Pemeriksaan auskultasi, pada dada, jantung tidak terdengar bunyi mur-mur dan pada paru-paru tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing. Pada abdomen DJJ positif, frekuensi 136 x/menit, punctum maximum terdengar 2 jari dibawah pusat sebelah kiri.
Pemeriksaan perkusi, refleks patella (+) / (+).

ASSESMENT
G2P1A0, hamil 32 minggu dengan anemia ringan janin tunggal hidup presentasi kepala.

PLANING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36,2 o C, Hb 8,2 gr% dan usia kehamilan ibu 32 minggu atau 8 bulan.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Memberitahu ibu bahwa kehamilannya sekarang dengan anemia ringan, sehingga ibu harus banyak mengkonsumsi sayuran hijau seperti kangkung, bayam dll agar kadar Hb ibu bisa meningkat.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu mau mengkonsumsi sayuran hijau.
4. Memberitahu ibu tentang obat-obat yang diberikan seperti tablet Fe dengan dosis 2xsehari, vitamin C dan kalsium dengan dosis 1xsehari dan diminum dengan air putih jangan diminum dengan susu, teh atau minuman kaleng (soft drink).
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan minum obat tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak beristirahat agar mengurangi rasa lelahnya dan rasa pegal-pegal di pinggang juga menyarankan ibu agar mengurangi pekerjaannya dengan meminta bantuan suami atau keluarga untuk melakukan pekerjaan rumah.
Ibu akan memperbanyak waktu untuk istirahat.
6. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, seperti perdarahan dari vagina, sakit kepala yang berat dan menetap, janin tidak bergerak, pandangan kabur, bengkak pada wajah, kaki, dan tangan.
Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan
7. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kembali ke bidan 1 minggu lagi atau bila ibu ada keluhan.
Ibu mau diperiksa 1 minggu lagi

Perkembangan kasus ANC kedua
Dilakukan pada hari kamis, 4 Desember 2008 pukul 11.00 WIB di BPS Soraya Palembang

DATA SUBJEKTIF
Ibu datang memenuhi janji dan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui perkembangan kondisi kehamilanya. Klien mengatakan keluhan saat ini badannya terasa lelah setelah melakukan pekerjaan rumah dan gerakkan janin masih dirasakan kuat dalam 24 jam terakhir.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36 0C, pernafasan 24 x/menit, berat badan 54,5 kg, pemeriksaan fisik, pada mata konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterus, kelopak mata tidak oedema, pada tangan dan tungkai tidak ada oedema. Pada abdomen, palpasi Leopod I : TFU 31 cm, pada fundus teraba bagian yang kurang bulat, lunak, tidak melenting (teraba bokong). Leopod II teraba bagian yang panjang seperti tahanan pada abdomen sebelah kiri ibu (teraba punggung) dan pada abdomen sebelah kanan ibu teraba bagian-bagian kecil janin (tangan dan kaki). Leopod III pada bagian bawah abdomen, teraba bagian yang bulat, keras, melenting (teraba kepala). Leopod IV kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP).
Pemeriksaan auskultasi, pada dada, jantung tidak terdengar bunyi mur-mur dan pada paru-paru tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing. Pada abdomen DJJ positif, frekuensi 142 x/menit, punctum maximum terdengar 2 jari dibawah pusat sebelah kiri.
Pemeriksaan perkusi, refleks patella (+) / (+).

ASSESMENT
G2P1A0, hamil 33 minggu dengan anemia ringan janin tunggal hidup presentasi kepala.


PLANING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 36o C, berat badan 54,5 Kg.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Mengingatkan kembali pada ibu bahwa kehamilannya sekarang dengan anemia ringan, sehingga ibu harus banyak mengkonsumsi sayuran hijau seperti kangkung, bayam dll agar kadar Hb ibu bisa meningkat.
Ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau seperti kangkung.
4. Menganjurkan ibu untuk mengurangi mengkonsumsi teh atau kopi sebab itu akan menghambat penyerapan Fe kedalam tubuh ibu.
Ibu akan berusaha mengurangi mengkonsumsi teh atau kopi.
5. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan seperti tablet Fe dengan dosis 2xsehari, vitamin C dan kalsium 1xsehari dan diminum dengan air putih jangan diminum dengan susu, teh atau minuman kaleng (soft drink).
Ibu sudah mengkonsumsi obat-obat tersebut sesuai dosis yang dianjurkan.
6. Menyarankan ibu untuk lebih banyak beristirahat agar mengurangi rasa lelahnya juga menyarankan ibu agar mengurangi pekerjaannya dengan meminta bantuan suami atau keluarga untuk melakukan pekerjaan rumah.
Ibu akan meminta suami atau keluarga membantu pekerjaannya serta akan beristirahat lebih banyak.
7. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kembali ke bidan atau kepada tenaga kesehatan 1 minggu lagi atau bila ibu ada keluhan.
Ibu mau diperiksa 1 minggu lagi

Perkembangan kasus ANC ketiga
Dilakukan pada hari, 13 Desember 2008 pukul 11.45 WIB di BPS Soraya Palembang

DATA SUBJEKTIF
Ibu datang memenuhi janji dan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui perkembangan kondisi kehamilanya. Klien mengatakan saat ini badannya tidak seletih pada pemeriksaan yang lalu dan gerakkan janin masih dirasakan kuat dalam 24 jam terakhir.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 78 x/menit, suhu 36 0C, pernafasan 22 x/menit, pemeriksaan fisik, pada mata konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterus, kelopak mata tidak oedema, pada tangan dan tungkai tidak ada oedema. Pada abdomen, palpasi Leopod I : TFU 32 cm, pada fundus teraba bagian yang kurang bulat, lunak, tidak melenting (teraba bokong). Leopod II teraba bagian yang panjang seperti tahanan pada abdomen sebelah kiri ibu (teraba punggung) dan pada abdomen sebelah kanan ibu teraba bagian-bagian kecil janin (tangan dan kaki). Leopod III pada bagian bawah abdomen, teraba bagian yang bulat, keras, melenting (teraba kepala). Leopod IV kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP) 1 jari atau penurunan 4/5.
Pemeriksaan auskultasi, pada dada, jantung tidak terdengar bunyi mur-mur dan pada paru-paru tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing. Pada abdomen DJJ positif, frekuensi 136 x/menit, punctum maximum terdengar 2 jari dibawah pusat sebelah kiri.

ASSESMENT
G2P1A0, hamil 34 minggu 2 hari dengan anemia ringan janin tunggal hidup presentasi kepala.

PLANING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36o C.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Mengingatkan ibu untuk tetap makan yang teratur dengan gizi seimbang dan banyak mengkomsumsi sayuran hijau seperti kangkung, bayam dll
Ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau seperti kangkung, bayam atau caisin.
4. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap mengkonsumsi obat-obat yang diberikan seperti tablet Fe dengan dosis 2xsehari, vitamin C dan kalsium 1xsehari dan diminum dengan air putih jangan diminum dengan susu, teh atau minuman kaleng (soft drink).
Ibu minum obat-obat tersebut dengan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
5. Mengajurkan ibu untuk lebih sering membersihkan payudaranya dengan menggunakan baby oil atau minyak sayur khususnya pada bagian puting agar kolostrum dan ASI dapat keluar dengan lancar.
Ibu akan mencoba melakukannya.
6. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kembali ke bidan atau kepada tenaga kesehatan 1 minggu lagi atau bila ibu ada keluhan.
Ibu mau diperiksa 1 minggu lagi.


Perkembangan kasus ANC keempat
Dilakukan pada hari, 22 Desember 2008 pukul 16.00 WIB di BPS Soraya Palembang
DATA SUBJEKTIF
Ibu datang memenuhi janji dan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui perkembangan kondisi kehamilanya. Klien mengatakan keluhan saat ini badannya terasa lemas dan gerakkan janin masih dirasakan kuat dalam 24 jam terakhir.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran komposmentis, status emosional stabil, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,2 0C, pernafasan 22 x/menit, berat badan 55,5 kg, pemeriksaan fisik, pada mata konjungtiva agak anemis, sklera tidak ikterus, kelopak mata tidak oedema, pada tangan dan tungkai tidak ada oedema. Pada abdomen, palpasi Leopod I : TFU 32 cm, pada fundus teraba bagian yang kurang bulat, lunak, tidak melenting (teraba bokong). Leopod II teraba bagian yang panjang seperti tahanan pada abdomen sebelah kiri ibu (teraba punggung) dan pada abdomen sebelah kanan ibu teraba bagian-bagian kecil janin (tangan dan kaki). Leopod III pada bagian bawah abdomen, teraba bagian yang bulat, keras, melenting (teraba kepala). Leopod IV kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP) 2 cm atau penurunan 3/5.
Pemeriksaan auskultasi, pada dada, jantung tidak terdengar bunyi mur-mur dan pada paru-paru tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing. Pada abdomen DJJ positif, frekuensi 142 x/menit, punctum maximum terdengar 2 jari dibawah pusat sebelah kiri.
Pemeriksaan perkusi, refleks patella (+) / (+).
ASSESMENT
G2P1A0, hamil 35 minggu 4 hari dengan anemia ringan janin tunggal hidup presentasi kepala.
PLANING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuham ibu.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36,2o C, BB 55,5 kg, Hb 9,6 gr%
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Mengingatkan ibu kembali bahwa kehamilannya sekarang dengan anemia ringan mengkonsumsi sayuran hijau seperti kangkung, bayam, daun singkong dll agar kadar Hb ibu bisa meningkat lagi.
Ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau seperti katuk.
4. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan seperti tablet Fe dengan dosis 2xsehari, vitamin C dan kalsium 1xsehari dan diminum dengan air putih jangan diminum dengan susu, teh atau minuman kaleng (soft drink).
Ibu sudah mengkonsumsi obat-obat tersebut secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi susu kedelai setiap hari dan meninggikan posisi kaki pada saat tidur untuk mengurangi rasa keram pada paha kiri ibu.
Ibu akan mencoba mengkonsumsi susu kedelai dan akan meninggikan kaki pada saat tidur.
6. Mengingatkan ibu tentang tanda persalinan seperti keluar darah bercampur lendir dari vagina, kontraksi yang teratur dan kuat, sakit perut yang menjalar ke pinggang.
Ibu sudah mengetahui tanda persalinan.
7. Menganjurkan ibu untuk menyiapkan seluruh perlengkapan persalinan baik untuk ibu maupun bayi seperti kain, pembalut, baju, gurita ibu dll, juga perlengkapan bayi seperti popok, baju bayi, topi, kaos kaki dan tangan lalu dimasukan dalam satu tas jadi bila ibu ingin melahirkan bisa langsung dibawa.
Ibu akan mulai mempersiapkan perlengkapan persalinan tersebut.
8. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kembali ke bidan atau kepada tenaga kesehatan 1 minggu lagi atau bila ibu ada keluhan.
Ibu berencana akan melakukan pemeriksaan kembali 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.
B. MASA PERSALINAN
Kala I persalinan tanggal 12 Januari 2009 pukul 17.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ny. B umur 27 tahun, hamil cukup bulan anak ke dua, datang dengan keluhan sakit perut yang menjalar kepinggang, sakit perut ini dirasakan klien


sejak pukul 10.00 WIB dan keluar lendir bercampur darah pukul 16.30 WIB. Gerakan janin masih dirasakan kuat oleh klien dalam 24 jam terakhir. Lokasi ketidaknyamanan dirasakan di bagian perut bawah dan pinggang.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,2 0 C, pernafasan 26 x/menit.
Pada pemeriksaan khusus, inspeksi, muka tidak oedema, konjungtiva tampak sedikit anemis, sklera tidak ikterus, abdomen tidak ada luka bekas operasi, tungkai tidak ada oedema dan varises. Anogenital, vulva tidak oedema dan tidak ada varises, tidak ada haemoroid pada anus. Pada palpasi, Leopod I didapat hasil TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus, teraba bokong, Leopod II posisi punggung kiri, pada Leopod III teraba kepala, Leopod IV penurunan kepala 2/5. His 4 kali dalam 10 menit, lamanya 45 detik, kekuatan sedang, relaksasi baik. Pada auskultasi didapat hasil DJJ (+), frekuensi 142 x/menit. Pada pemeriksaan dalam didapat hasil porsio lunak dan masih teraba sedikit di bagian atas, pembukaan 9 cm, bagian terbawah kepala, ketuban (+), bagian terbawah kepala, penurunan dihodge III, petunjuk UUK kiri depan.



ASSESMENT
G2P1A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan anemia ringan janin tunggal hidup presentasi kepala.

PLANNING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan:
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,2 0 C, pernafasan 26 x/menit.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Menyiapkan alat-alat perlengkapan persalinan seperti partus set, heacting set, obat-obat utero tonika yang diperlukan dan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk penolong.
Alat-atat perlengkapan persalinan telah disiapkan.
4. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri agar bayi tetap mendapatkan suplai oksigen dengan lancar.
Ibu sudah berbaring miring kekiri.
5. Memberikan asupan cairan pada ibu saat kontraksi berkurang (relaksasi).
Ibu diberi minum teh manis hangat.
6. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil (BAK) bila terasa ingin BAK agar tidak menghambat kontraksi uterus dan turunnya kepala janin.
Ibu mau BAK.

KALA II ( Pukul 17.30 WIB)
DATA SUBJEKTIF
Klien merasa perutnya mules yang bertambah kuat, sering dan lama sehingga menimbulkan rasa ingi meneran.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum sedikit lelah, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tampak keluar lendir bercampur darah dari vulva, perineum menonjol, vulva membuka, anus membesar, his makin kuat 5 x per 10 menit lamanya 42 detik, DJJ 142 x/menit, periksa dalam porsio tidak teraba lagi, pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan pukul 17.35 WIB, warna jernih, bagian terbawah kepala, penurunan di hodge III-IV, petunjuk UUK depan.

ASSESMENT
G2P1A0 hamil aterm dengan kala II janin tunggal hidup preskep.

PLANNING
1. Mendekatkan alat-alat partus set kedekat ibu.
Alat-alat partus set sudah didekatkan.
2. Mengatur posisi ibu untuk meneran dengan posisi setengah duduk dan kedua tangan merangkul kedua kakinya.
Ibu sudah dalam posisi setengah duduk.

3. Meletakkan handuk/ kain kering dan bersih diatas perut ibu.
Sudah diletakkan popok bayi diatas perut ibu.
4. Penolong menggunakan APD. Penolong sudah menggunakan skot (celemek)
5. Melakukan pertolongan persalinan
a. Memakai sarung tangan steril atau DTT.
Penolong menggunakan sarung tangan DTT
b. Penolong memimpin ibu untuk meneran disaat his dan beristirahat dikala his berkurang (relaksasi).
Ibu bisa mengikuti anjuran cara meneran yang baik dan benar.
c. Tangan kanan penolong menahan perineum tanpa menghambat lahirnya kepala dan tangan kiri penolong menahan di oksiput kepala janin untuk mencegah hiperdefleksi.
Perineum tidak robek dan kepala janin lahir normal.
d. Setelah kepala lahir, cek apakah ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi.
e. Biarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar.
Kepala bayi melakukan putar paksi luar ke sisi dalam paha kanan ibu.
f. Posisi tangan penolong biparietal, tarik kepala kearah bawah sampai bahu depan lahir lalu tarik kearah atas sampai bahu belakang lahir.
Lakukan sanggahan dengan tangan kanan pada lengan atas dan dada bayi dan tangan kiri menyusuri tubuh bayi hingga tubuh bayi lahir seluruhnya. Bayi lahir spontan pukul 18.07 WIB, jenis kelamin perempuan.
6. Melakukan pemotongan tali pusat, klem tali pusat  3 cm dari pusat bayi kemudian diurut dengan jari kearah ibu  2 cm lalu klem lagi yang kedua. Tangan kiri melindungi perut bayi kemudian potong tali pusat. Tali pusat bayi sudah dipotong.

KALA III (Pukul 18.08 WIB)
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ibu masih merasa mules

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum tampak lelah, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, kontraksi baik, terlihat semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, ada perubahan pada tinggi fundus uteri.

ASSESMENT
P2Ao kala III

PLANNING
1. Melakukan palpasi abdomen ibu, pastikan tidak ada janin kedua.
Tidak ada janin kedua.
2. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik.
Ibu sudah mengetahui dan mau untuk disuntik.
b. Menyuntikan oksitosin secara IM di 1/3 bagian paha ibu.
Ibu sudah disuntik oksitosin (pitogin) 1 ampul.
c. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
Plasenta lahir lengkap beserta selaput ketubannya pukul 18.15 WIB
d. Melakukan massase abdomen ibu.
Kontraksi baik dan tinggi fundus 2 jari dibawah pusat.
3. Mengobservasi perdarahan kala III dan keadaan umum ibu.
Perdarahan normal dan keadaan umum ibu baik

KALA IV (Pukul 18.16 WIB)
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ibu masih merasa mules dan merasa letih

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik kesadaran composmentis keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36,4 0 C, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan normal  100 ml, laserasi di bagian labia mayora dextra.


ASSESMENT
P2Ao post partum kala IV

PLANNING
1. Melakukan observasi perdarahan dan tanda-tanda vital ibu.
Perdarahan  100 ml dan tekanan darah 120/80 mmHg.
2. Melakukan observasi laserasi jalan lahir.
Ada laserasi jalan lahir dibagian labia mayora dextra dan dilakukan penjahitan dengan menggunakan anastesi. Luka laserasi sudah di jahit dengan teknik satu-satu.
3. Membersihkan ibu, menggantikan baju, memasangkan gurita dan pembalut pada ibu.
Ibu sudah dibersihkan dan sudah menggunakan pembalut dan gurita.
4. Membersihkan tempat dan alat-alat bekas pakai.
Alat-alat dan tempat sudah dibersihkan.
5. Memberikan asupan nutrisi dan cairan pada ibu.
Ibu diberi minum susu
6. Melakukan observasi TTV ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam ke dua.
Observasi TTV sudah dilakukan dan dicatat dalam partograf.


B. MASA NIFAS
Masa nifas hari pertama ( 12 jam post partum), Selasa, 13 Januari 2009 pukul 06.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan sudah buang air kecil dan masih merasa mules diperutnya, klien sudah menyusui bayinya ± 2 jam setelah persalinan.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/70mmHg, nadi 82 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36,2 0 C, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan normal, produksi ASI cukup dan lancar.

ASSESMENT
P2Ao, 12 jam post partum

PLANNING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Melakukan observasi TTV dan keadaan umum ibu.
Keadaan umum ibu baik dan tekanan darah ibu 110/70 mmHg.
3. Memantau tinggi fundus uteri, perdarahan dan kontraksi uterus.
Tinggi fundus, perdarahan dan kontraksi uterus sudah dilakukan dan perkembangan normal.
4. Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan merupakan hal yang fisiologis. Akibat otot-otot rahim yang berkontraksi yang mengakibatkan rahim mengecil kembali seperti semula.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5. Memberikan terapi antibiotik dan analgesik dengan dosis 3 kali sehari serta tablet penambah darah dengan dosis 1 kali sehari.
Ibu sudah minum obat yang diberikan sesuai dosis yang dianjurkan dengan menggunakan air putih.
6. Memberitahu ibu cara perawatan luka dengan cara menjaga kebersihan diri khususnya pada bagian kemaluan dan mengganti kassa betadhine setiap kali buang air kecil (BAK) atau mandi.
Ibu mengerti dengan penjelasan dan akan melakukan hal tersebut.
7. Menganjurkan ibu untuk mencoba memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI lainya agar bayi mendapat asupan gizi yang cukup dan tubuh dengan optimal.
Ibu mengerti dan akan berusaha mencobanya
8. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup.
Ibu akan berusaha memperbanyak waktu untuk istirahat.
9. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri khususnya didaerah kemaluan agar tidak terjadi infeksi.
Ibu sudah mengikuti anjuran bidan dengan mandi 2 kali sehari dan selalu mengganti pembalut jika sudah terasa penuh.
10. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang dan banyak mengkonsumsi banyak sayuran hijau agar ASI yang diproduksi lancar.
Ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam.
11. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang baik dan benar agar ibu dapat melakukannya dirumah.
Ibu mengerti dengan cara merawat tali pusat yang diajarkan dan akan melakukannya dirumah.

Masa nifas kunjungan kedua (6 hari post partum)
Minggu, 18 Januari 2009 pukul 15.45 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan kadang perutnya masih terasa mules, ASI yang keluar banyak, dan ibu mengeluh kurang tidur.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36 0 C. Konjungtiva tampak sedikit anemis, sklera tidak ikterus, tidak ada masalah pada payudara, TFU pertengahan pusat dan symphisis, pengeluaran lochea sanguinolenta tidak ada masalah, tidak terdapat tanda infeksi.

ASSESMENT
P2Ao post partum hari ke-6

PLANNING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Melakukan pemeriksaan TTV dengan hasil TD 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36 0 C, pernafasan 24 x/menit.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan.
3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas seperti demam tinggi, bengkak dan kemerahan pada payudara, sakit kepala berat yang menetap, tercium bau busuk dari kemaluan, bila ibu mengalami salah satu tanda tsb maka ibu diharapkan segera datang ketempat pelayanan kesehatan atau kebidan terdekat.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu tidak mengalami salah satu hal tersebut.
4. Melakukan pemeriksaan tinggi fundus ibu.
Tinggi fundus setengah pusat dan sympisis.
5. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak makan sayuran hijau.
Ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau seperti kangkung.
6. Memastikan ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya dan memastikan tidak ada penyulit dalam proses menyusui
7. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri khususnya didaerah kewanitaan agar tidak terjadi infeksi.
Ibu sudah menjaga kebersihan diri dengan mandi dua kali sehari dan segera mengganti pembalut bila terasa penuh.
8. Memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi pada bayi juga jadwal imunisasi yang dianjurkan.
Ibu mengerti dan akan membawa bayinya ketempat pelayanan kesehatan untuk imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.

Masa nifas kunjungan ketiga (14 hari post partum)
Senin, 26 Januari 2009 pukul 13.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan kondisinya tampak sehat, tidak ada masalah dalam menyusui, bayi tidak rewel dan banyak menyusu.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36 0 C, pernafasan 24 x/menit, konjungtiva tidak anemis, ASI banyak, puting susu tidak lecet, TFU tidak teraba diatas symphisis, lochea serosa.

ASSESMENT
P2Ao post partum hari ke-14

PLANNING
1. Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan ibu.
2. Melakukan pemeriksaan TTV dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36 0 C, pernafasan 24 x/menit.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
3. Memberikan konseling kepada ibu tentang metode KB untuk menjaga jarak kehamilan atau mencegah kehamilan kembali dan menganjurkan untuk mempertimbangkannya dengan suami metode KB apa yang akan digunakan. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan akan mempertimbangkannya dengan suami.
4. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pada bayi tanpa makanan pendamping ASI lainnya. Ibu sudah memberikan ASI dengan cukup dan teratur pada bayinya.
5. Mengingatkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang seimbang agar kesehatan ibu tetap terjaga.
Ibu sudah mengkonsumsi makanan yang seimbang dan sudah meluangkan waktu untuk istirahat lebih banyak.




Masa nifas kunjungan keempat ( empat minggu post partum)
Rabu, 11 Februari 2009 pukul 09.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan kondisinya sehat, tidak ada masalah dan penyulit dalam memberikan ASI pada bayinya.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum klien baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36 0 C, ASI banyak, TFU tidak teraba lagi, pengeluaran lochea alba normal.

ASESSMENT
P2Ao empat minggu post partum

PLANNING
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan seperti tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36 0 C. Ibu sudah mengetahui hasil pemerikasaan yang dilakukan.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk menggunakan salah satu metode KB untuk menjaga jarak kehamilan. Ibu sudah memutuskan akan menggunakan metode KB suntik 3 bulan.
3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap memberikan ASI yang cukup kepada bayinya hingga bayi berusia 6 bulan. Ibu sudah memberikan ASI yang cukup pada bayi.

D. BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir hari pertama, Senin, 12 Januari 2009 pukul 19.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. B lahir tanggal 12 Januari 2009, pukul 18.07 WIB. Lahir secara spontan di BPS Soraya dengan penolong persalinan Rizka Utami. Tidak ada masalah yang berarti selama proses persalinan berlangsung, keadaan air ketuban jernih.

DATA OBJEKTIF
Penilaian APGAR menit pertama 9 dan 10 pada menit kelima, antropometri dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 49 cm, pada lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar lengan 11 cm. Refleks moro, tonic neck, palmar graps, rooting sucking, plantar dan babinski baik, bayi menangis kuat, tanda-tanda vital normal yaitu suhu 36,2 0 C, nadi 110 x/menit, pernafasan 40 x/menit.
Pemeriksaan fisik, cacat bawaan tidak ada, kepala simetris, ubun-ubun besar dan kecil cembung, caput succedaneum dan cepal haematoma tidak ada, sutura ada, luka di kepala tidak ada dan tidak ada kelainan yang dijumpai. Mata, posisi simetris, kotoran dan perdarahan tidak ada, sclera tidak ikterus, bulu mata ada. Hidung, bentuk dan posisi simetris, tidak ada kelainan pada palatum mole, palatum durum, saliva, bibir dan gusi. Telinga simetris, tidak ada kelainan yang dijumpai baik pada daun telinga maupun lubang telinga. Pergerakkan leher aktif dan tidak ada kelainan yang dijumpai. Dada simetris, pernafasan aktif, tidak terdapat retraksi dan denyut jantung normal. Bentuk perut normal, bising usus ada dan tidak dijumpai kelainan. Pada tali pusat, terdapat pembuluh darah arteri dan vena, perdarahan tidak ada dan tidak dijumpai kelainan. Pada kulit, warna kemerahan, elastisitas baik, lanugo dan vernik kaseosa ada, tidak ada kelainan. Pada ekstrimitas, tangan dan kaki tidak ada kelainan, gerakkan aktif, kuku dan jari lengkap, bentuk normal. Genetalia, labia normal, tidak ada keluaran, hymen ada, tidak ada kelainan.

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan

PLANNING
1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Tanda-tanda vital normal yaitu suhu 36,2 0 C, nadi 110 x/menit, pernafasan 40 x/menit.
2. Melakukan pencegahan hipotermi.
Mengeringkan bayi dengan segera, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan kering, melakukan penimbangan setelah bayi menggunakan baju, tidak memandikan bayi sekurangnya 6 jam setelah lahir, menempatkan di lingkungan yang hangat.
Pencegahan hipotermi tersebut telah dilakukan
3. Memantau pemberian ASI.
Ibu belum memberikan ASI pada bayi.
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sedini mungkin dan memberikan informasi pentingnya dan manfaat ASI bagi bayi.
Ibu mengeluh masih lelah dan berjanji akan mulai mencoba menyusui.
5. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan bayi dengan cara mengganti popok bayi dengan segera apabila bayi BAK atau BAB, menjaga tubuh dan pakaian bayi tetap kering, mengganti kassa tali pusat setiap kali basah atau sehabis mandi dengan kassa steril yang kering, menjaga tali pusat tetap kering dan tidak memberikan obat-obat tradisional apapun pada bayi dan tali pusat bayi.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

Bayi baru lahir hari pertama (12 jam)
Selasa, 13 Januari 2009 pukul 07.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan bayi menyusu dengan kuat, bayi sudah BAK dan BAB. Bayi tidak rewel.


DATA OBJEKTIF
Keadaan umum bayi baik, pernafasan 42 x/menit, suhu 36,2 o C, nadi 105 x/menit, warna kulit kemerahan, sklera tidak ikterus, menangis kuat, gerakkan aktif, retraksi dada tidak ada, dan tidak ada masalah pada tali pusat.

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan, 12 jam setelah persalinan.

PLANNING
1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Tanda-tanda vital normal, pernafasan 42 x/menit, suhu 36,2 o C, nadi 105 x/menit.
2. Memantau dan memastikan bayi mendapat cukup ASI.
Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bayi mendapat ASI yang cukup, bayi harus menyusu maksimal 2 jam sekali atau kapanpun bayi haus bila sebelum 2 jam walaupun pada malam hari dan bayi harus mengalami kenaikan berat badan. Bayi sudah mendapatkan ASI dengan cukup.
3. Memberitahu ibu cara mencegah agar bayi tidak gumoh dengan menyendawakan bayi dengan cara menepuk-nepuk punggung bayi dan posisi kepala bayi lebih tinggi dari tubuhnya.
Ibu mengerti dan mencoba melakukanya







4. Memandikan bayi agar bayi bersih dan terhindar dari infeksi serta penyakit dengan menggunakan air hangat untuk mencegah hipotermi. Bayi telah dimandikan.
5. Melakukan perawatan tali pusat sekaligus memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang baik dan benar agar ibu dapat melakukannya dirumah.
Ibu mengerti dan mau mencoba melakukannya.
6. Memastikan tidak ada tanda bahaya pada BBL.
Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu warna kulit biru atau pucat, muntah yang berlebihan, tali pusat bengkak/merah, kejang, tidak BAK dalam 24 jam, bayi tidak mau menyusu, BAB encer lebih dar 5 x/hari dan menganjurkan ibu untuk segera ke tempat pelayanan kesehatan terdekat bila ada tanda-tanda tersebut.
Tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi.
7. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kebersihan bayi dan menganjurkan ibu untuk melakukannya dirumah.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
8. Memberitahu ibu tentang jadwal imunisasi yang dianjurkan untuk bayi.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan berjanji akan membawa bayi ke tempat pelayanan kesehatan untuk imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.



Kunjungan rumah Bayi Baru Lahir 6 hari post partum
Minggu, 18 Januari 2009, pukul 16.30 WIB
DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan bayi masih menyusu dengan kuat, menangis kuat namum tidak rewel.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum bayi baik, pernafasan 42 x/menit, suhu 36 o C, nadi 100 x/menit, warna kulit kemerahan, sklera tidak ikterus, menangis kuat, gerakkan aktif, retraksi dada tidak ada, tali pusat sudah puput.

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai dengan usia kehamilan, 6 hari setelah persalinan.

PLANNING
1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Tanda-tanda vital normal pernafasan 42 x/menit, suhu 36 o C, nadi 100 x/menit.
2. Memantau dan memastikan bayi mendapatkan asupan ASI yang cukup.
Bayi tidak kuning dan menyusu dengan kuat.
3. Mengingatkan kembali ibu bahwa bayinya harus mendapatkan imunisasi Hepatitis B (Inject), ibu bisa datang ke bidan atau puskesmas terdekat.
Ibu akan membawa bayinya besok ke Bidan untuk imunisasi Hepatitis B (inject).
4. Memastikan tidak ada tanda bahaya pada bayi.
Tidak terdapat tanda bahaya pada bayi, bayi dalam keadaan sehat.
5. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya.
Ibu sudah menjaga kebersihan bayinya dengan mengganti popok dengan segera bila bayi BAK atau BAB dan memandikannya dua kali sehari.

Kunjungan rumah Bayi Baru Lahir 14 hari post partum
Senin, 26 Januari 2009 pukul 13.30 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu menyatakan bayinya sehat, kuat menyusu, tidak rewel, BAK dan BAB tidak ada masalah.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum bayi baik, bayi sehat, nadi 106 x/menit, suhu 36,2 o C, pernafasan 42 x/menit. Mata bersih, tidak ikterus, mulut tidak ada bintik putih pada lidah, refleks menghisap baik, kulit bersih warna merah muda.

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan, 14 hari post partum.


PLANNING
1. Mengobservasi tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital normal nadi 106 x/menit, suhu 36,2 o C, pernafasan 42 x/menit.
2. Memantau dan memastikan kembali bayi mendapat cukup ASI.
Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bayi mendapat ASI yang cukup, bayi harus menyusu maksimal 2 jam sekali atau kapanpun bayi haus bila sebelum 2 jam walaupun pada malam hari dan bayi harus mengalami kenaikan berat badan. Bayi sudah mendapatkan ASI dengan cukup.
3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya.
Ibu sudah menjaga kebersihan bayinya dengan mengganti popok dengan segera bila bayi BAK atau BAB dan memandikannya dua kali sehari.

Kunjungan rumah Bayi Baru Lahir 4 minggu post partum
Rabu, 11 Februari 2009 pukul 09.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan bayi menyusu dengan kuat, keadaan bayi sehat, tidak rewel, buang air besar dan buang air kecil dengan lancar.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum bayi baik, nadi 104 x/menit, suhu 36,2 0 C, pernafasan 38 x/menit. Mata, tidak ikterus, mulut tidak ada bintik putih pada lidah, refleks menghisap baik, kulit bersih.

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan, 4 minggu post partum.

PLANNING
1. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi. Tanda vital bayi normal, nadi 104 x/menit, suhu 36,2 0 C, pernafasan 38 x/menit.
2. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tempat bidan atau pelayanan kesehatan yang lain untuk imunisasi BCG. Ibu akan membawa bayi ke bidan untuk mendapatkan imunisasi BCG.
3. Mengingatkan ibu untuk tidak memberikan makanan apapun kepada bayinya selain ASI sebelum bayi berusia 6 bualan. Ibu mengerti dan akan melakukannya.















BAB IV
PEMBAHASAN

A. MASA KEHAMILAN
Klien dengan identitas Ny. B, mengaku hamil anak kedua dan usia klien saat ini 27 tahun. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan.
Selama kehamilan ini Ny. B memeriksakan kehamilannya kembali secara teratur sebab Ny. B tidak ingin terjadi masalah dengan kehamilan ini serta menghindari terjadinya masalah pada persalinan nanti. Pada trimester I Ny. B melakukan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) sebanyak 2 kali, pada trimester II sebanyak 3 kali, pada trimester III sebanyak 5 kali. Frekuensi pemeriksaan ini telah memenuhi standar sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa WHO menganjurkan sedikitnya ibu hamil melakukan 4 kali kunjungan Antenatal Care (ANC) selama kehamilan yaitu dengan frekensi pemeriksaan ANC pada trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali, trimester III minimal 2 kali. (saifuddin, 2002)
Ny. B tidak mengalami keluhan yang berarti dalam kehamilan ini, keluhan yang dialami Ny. B hanyalah keluhan yang fisiologis seperti lelah jika sehabis melakukan pekerjaan rumah tangga dan pegal-pegal di kaki. Keluhan ini merupakan keluhan yang normal dikarenakan dalam pelaksanaan aktivitas tersebut banyak tenaga yang dikeluarkan, beratnya beban pekerjaan rumah tangga ditambah dengan beratnya beban kandungan membuat klien kehilangan banyak energi dan rasa pegal khususnya didaerah kaki sehingga wajar bila klien merasa lelah dan letih. Seperti yang dikemukakan Wiknjosastro (2005) yang menjelaskan bahwa ibu hamil akan merasa cepat lelah pada trimester III karena disebabkan oleh beban kehamilan yang semakin bertambah.
(Wiknjosastro, 2005)
Keluhan ini dapat teratasi dengan diberikannya nasehat dan anjuran dari bidan kepada Ny. B untuk mengurangi pekerjaan rumah tangga atau dengan dibantu oleh suami atau keluarga lain dalam melakukan pekerjaan rumah tangga, beristirahat yang cukup. Ny. B dapat bekerjasama dan menjalankan anjuran yang diberikan sehingga keluhan berangsur-angsur dapat teratasi.
Dalam anamnesa Ny. B mengaku dapat merasakan gerakan janin. Gerakan ini dirasakan pertama kali pada usia kehamilan ±20 mingggu dengan pergerakan janin yang dirasakan ±16 kali dalam 24 jam. Sesuai dengan kepustakaan menurut Mochtar (1998) bahwa salah satu tanda pasti hamil adalah terdapat gerakan janin.
Pada kehamilan ini Ny. B mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali. Imunisasi ini berfungsi memberikan kekebalan terhadap infeksi tetanus pada ibu dan infeksi tetanus neonatorum pada bayi baru lahir.
Pada kehamilan ini anemia pada ibu juga tidak dapat dihindari, umumnya dalam kehamilan sering dijumpai anemia sebab dalam kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan pada darah. (Wiknjosastro, 2005). Pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil kadar hemoglobin Ny. B 8,2 gr%. Sehingga ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun sinkong dll dan susu juga mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara teratur. Ny. B juga diberi tablet Fe dengan dosis 2xsehari, vitamin C dan kalsium 1xsehari. Setelah 4 minggu dilakukan pemeriksaan kembali didapatkan hasil kadar hemoglobin Ny. B 9,6 gr%. Terdapat peningkatan pada kadar hemoglobin Ny. B walaupun ibu masih dalam anemia ringan. Terjadinya peningkatan kadar hemoglobin pada Ny. B dikarenakan ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan.
Kenaikan berat badan Ny. B selama kehamilan ini 10,5 Kg. Hal ini merupakan hal yang normal. Kenaikan berat badan normal dapat terjadi karena selama hamil ibu tidak mengalami perubahan nafsu makan serta mau mengikuti anjuran bidan. Ibu mau mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, serta buah-buahan. Kenaikan berat badan Ny. B dikatakan normal seperti diungkapkan oleh Wiknjosastro (2005) bahwa kenaikan berat badan normal selama kehamilan adalah 6,5 kg – 16,5 kg.
Secara keseluruhan tidak ada kelainan maupun komplikasi yang terjadi pada Ny. B, hal ini dikarenakan Ny. B mau bekerjasama dan mau mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan. Ny. B juga mengerti akan pentingnya kesehatan dirinya dan kehamilannya serta pentingnya persaiapan persalinan nanti.

B. PERSALINAN
Ny. B memasuki masa persalinan dengan usia kehamilan 38 minggu 4 hari. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan dimana menurut teori persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). (Saifuddin, 2002)
Pemantauan persalinan kala I pada Ny. B didokumentasikan langsung kedalam partograf sebab ketika Ny. B datang pembukaan serviks telah mencapai fase aktif yaitu 9 cm, maka dari itu pada catatan data Ny. B tidak terdapat dokumentasi fase laten. Pemantauan dengan partograf ini bertujuan untuk mengobservasi keadaan ibu dan bayi serta memantau kemajuan persalinan apakah persalinan berjalan dengan normal atau tidak.
Pada kala I juga dilakukan gerakkan asuhan sayang ibu, ibu diberikan dukungan dan kenyamanan posisi. Ibu memilih posisi berbaring miring kekiri, hal ini dilakukan setelah ibu mendapat informasi bahwa berbaring miring kekiri dapat membantu janin memdapatkan suplai oksigen yang cukup, sebaliknya jika ibu berbaring terlentang, maka bobot tubuh ibu akan menekan pembuluh darah yang membawa oksigen kejanin, sehingga suplai oksigen bayi dapat berkurang dan dapat menyebabkan gawat janin. Selain pilihan posisi, ibu juga diberikan asupan nutrisi dan cairan, ibu diberikan segelas teh manis hangat, hal ini dapat membantu karena selama proses persalinan berlangsung ibu akan mudah mengalami dehidrasi. (Depkes RI, 2004)
Persalinan kala II Ny. B berlangsung 15 menit. Pada teori lamanya waktu persalinan kala II secara fisiologis pada primigravida berlangsung selama 2 jam dan pada multigravida berlangsung selama 1 jam. (Saifuddin). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan untuk lamanya waktu kala II.
Selama proses persalinan, diterapkan prinsip pencegahan infeksi dengan menggunakan alat-alat yang steril atau yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu, bayi dan penolong, untuk itu tindakan pencegahan infeksi harus bisa diterapkan dalam setiap aspek asuhan. (Depkes RI, 2004)
Persalinan kala III berlangsung 10 menit dan menurut teori kala III pada primigravida 30 menit dan pada multigravida 15 menit. (Mochtar, 1998). Pada proses kala III berjalan dengan baik, hal ini karena dilakukan manajemen aktif kala III sesuai dengan standar. Sehingga plasenta dapat lahir spontan, koteledon lengkap, selaput utuh serta perdarahan pasca persalinan dapat terhindari dengan baik.
Pada kala IV dilakukan observasi pada Ny. B selama 2 jam. Ibu dan bayi dalam keadaan normal. Perdarahan yang terjadi pada Ny. B berlangsung normal, dan jumlah perdarahan juga berada dalam batas normal. Menurut teori dianggap perdarahan normal jika jumlah darah kurang dari 400 sampai 500 cc. (Mochtar, 1998)
Pada keseluruhan proses persalinan pada Ny. B berjalan dengan normal dan baik, hal ini terjadi karena adanya observasi dan tindakan serta asuhan yang tepat dari awal persalinan hingga bayi dapat lahir, kelancaran persalinan ini juga berkat adanya kerjasama yang baik dari ibu, ibu dapat mengontrol emosinya serta dapat meneran dengan baik. Ibu juga mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan.

C. MASA NIFAS
Pada masa nifas Ny. B prosesnya berlangsung dengan normal. Masa involusi dan penurunan fundus sesuai dengan teori dimana TFU pada 1 jam post partum adalah 2 jari dibawah pusat, pada kunjungan 6 hari post partum TFU pertengahan pusat dan symphisis, pada kunjungan 2 minggu post partum TFU tidak teraba diatas symphisis dan bertambah kecil pada kunjungan 6 minggu post partum (Mochtar, 1998).
Pada hari pertama post parum, kurang dari 1 jam pertama ibu sudah memberikan ASI pada bayi, hal ini bisa terjadi sebab ibu mau mencoba memberikan kolostrum setelah ibu mendengar informasi yang diberikan bidan bahwa kolostrum bukanlah susu yang basi, justru susu yang pertama inilah yang dapat memberikan kekebalan tubuh pada bayi sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit dan mengandung banyak gizi.
Pada hari pertama post partum Ny. B sudah dapat buang air kecil sendiri ke kamar mandi, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa miksi harus secepatnya, dilakukan sendiri sesudah bersalin. (Mochtar, 1998)
Pengeluaran lochea pada Ny. B berjalan dengan normal, sesuai dengan kepustakaan dari hasil pengawasan yang dilakukan lochea yang keluar sampai 2 minggu post partum didapat hasil, pada hati pertama darah berwarna merah segar, pada hari keenam didapat lochea sanguinolenta berwarna merah kecoklatan, pada kunjungan hari keempat belas didapat lochea serosa berwarna kuning. (Mochtar, 1998)
Proses nifas pada Ny. B secara keseluruhan prosesnya berjalan dengan normal tanpa adanya masalah yang berarti, hal ini dikarenakan ibu mau mengikuti anjuran dan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh bidan. Pada masa nifas kali ini, ibu juga mengikuti salah satu anjuran bidan yaitu untuk segera ber- KB. Dengan informasi yang diberikan oleh bidan, ibu dan suami memutuskan untuk memilih metode KB pil untuk menyusui.

D. BAYI BARU LAHIR
Pada kasus Ny. B bayi lahir spontan, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan, warna kulit kemerahan. Jenis kelamin perempuan, berat badan 3000 gram, panjang badan 49 cm, A/S 9/10, ekstrimitas (+)/(+), pergerakkan aktif, anus (+), ditandai dengan keluarnya mekonium dan bayi sudah buang air kecil dan buang air besar dengan normal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menerangkan bahwa bayi yang sehat akan menangis kuat, bernafas, menggerakkan tangan dan kakinya dan kulit bewarna kemerahan.
(Mochtar, 1998).
Ketika bayi lahir, pengikatan tali pusat dilakukan dengan menggunakan penjepit umbilikal dalam keadaan steril dan dibungkus dengan kassa kering steril. Dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar maka tetanus neonatorum dapat terhindarkan.
Setelah bayi lahir, bayi tidak langsung dimandikan. Hal ini sesuai dengan teori kepustakaan untuk tidak memandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir untuk mencegah hipotermi. (Depkes RI, 2004). Bayi Ny. B hanya dibersihkan dan segera diselimuti serta ditutupi bagian kepalanya dengan kain bersih, kering, dan hangat agar bayi terhindar dari hipotermi atau kehilangan panas.
Bayi sudah menyusu setelah ± 2 jam setelah persalinan
Berat badan bayi 3000 gram merupakan berat badan bayi normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa berat bayi normal adalah 2500-4000 gram. (Depkes RI, 1993)






BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan selama hamil, bersalin, dan nifas serta asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.”B” di BPS Soraya Palembang yang dimulai pada usia kehamilan 32 minggu sampai masa nifas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada masa kehamilan Ny. “B” melakukan ANC secara teratur sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan.
2. Pada masa kehamilan Ny.”B” berjalan dengan baik, tidak ada keluhan yang bersifat abnormal, klien mengeluh mudah merasa lelah, sering buang air kecil dan susah tidur. Tetapi keadaan tersebut merupakan hal yang fisiologis dan dapat diatasi dengan baik karena mendapat perhatian khusus dari bidan serta kerjasama yang baik dari klien yang mau mengikuti anjuran dan pendidikan kesehatan yang diberikan bidan.
3. Pada proses persalinan pada Ny. “B” dari kala I sampai kala IV berlangsung dengan normal dan lancar, tidak terjadi perdarahan yang abnormal. Bayi lahir pukul 18.07 WIB, jenis kelamin perempuan, berat badan 3000 gr, panjang badan 49 cm, bayi dalam keadaan sehat.
4. Pada masa nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi yang ditandai dengan tidak ada keluarnya lochea yang berlebihan dan tidak berbau, pada payudara tidak ada kelainan dan tidak ada tanda bahaya infeksi ataupun bendungan ASI, masa involusi dan penurunan fundus uteri pada Ny. “B” berlangsung dengan baik dan tidak ada kesenjangan antara teori yang didapat dengan kenyataan di lahan praktik.
5. Dengan diterapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir diharapkan asuhan yang diberikan dapat bermanfaat dan terlaksana dengan baik dan tepat sehingga kelainan maupun komplikasi dapat terdeteksi sedini mungkin dan petugas kesehatn khususnya bidan dapat segera memberikan tindakan dengan baik dan tepat.

B. SARAN
1. Bagi Bidan Praktek Swasta (BPS)
a. Sebaiknya setiap BPS, dapat menerapkan pelayanan kebidanan seperti inisiasi menyusui dini dengan melakukan skin to skin pada saat bayi baru lahir.
b. Diharapkan dapat menyediakan alat perlindungan diri (APD) sesuai yang dinjurkan bagi penolong persalinan sebagai langkah pencegahan yang intensif untuk menurunkan resiko penularan infeksi dari klien kepada penolong persalinan atau sebaliknya.

2. Bagi Mahasiswa
a. Sebaiknya setiap mahasiswa (penulis) dapat terus menerapkan manajemen dan asuhan kebidanan yang telah dimiliki serta terus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam dunia kesehatan khusunya dalam dunia kebidanan.
b. Sebaiknya dilakukan peningkatan dalam pemberian asuhan pada ibu dalam masa hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, khusunya peningkatan dalam pemberian pendidikan kesehatan.

3. Bagi klien
Sebaiknya setiap wanita yang siap menjadi ibu mau bekerjasama dan mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan, karena sangat bermanfaat bagi kesehataannya dan janinnya.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2007. Angka Kematian Ibu.
(www.bkkbn.go.id, diakses tanggal 25 November 2008)

Budiarso. 1990. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Masih Tinggi. Jakarta
(www.google.comhttp://www.iloveblue.com, Diakses tanggal
20 November 2008)

Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga. Depkes RI :
Jakarta

Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Depkes RI : Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2008. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. Dinas Kesehatan Kota : Palembang

Firman, Ria. 2008. Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta

Healthy life. 2006. Inisiasi Menyusui Dini, Manfaatnya Seumur Hidup. Jakarta
(www.google.com:http://www.ibudananak.com, diakses tanggal
09 Maret 2009)

Manuaba IB Gde, DSOG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Penerbit ECG : Jakarta

Novita. 2008. Sejarah Perkembangan Upaya Penurunan AKI dan AKB Di
Dunia dan Indonesia : Jakarta
(pusat www. one.indoskripsi.com, diakses tanggal 20 November 2008)



Practical Hints on Breasfeeding.2007. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta
(www.google.comhttp://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal
09 Maret 2009)

Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. ECG. Jakarta

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Penerbit ECG : Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta

Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. FK UNPAD : Bandung

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo : Jakarta

diambil dari: