Kamis, 12 November 2009

cobi cobi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena mencerminkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan sangat potensial membahayakan ibu dan anak. Maka sudah selayaknya masalah ini mendapatkan perhatian yang lebih serius baik dari tenaga kesehatan, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu hamil baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan meningkatkan gizi. Selain itu, di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan, persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah. Makin sering seorang wanita mangalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Menurut Varney (2004:302) salah satu penyebab anemia pada kehamilan adalah sejarah kehamilan yang berdekatan.

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan, 40 % kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan ( Sarwono, 2005: 281). WHO juga menyatakan bahwa kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara 20% sampai 89 % dengan menetapkan Hb 11gr % sebagai dasarnya ( Manuaba, 1998:29).
Derajat kesehatan bangsa Indonesia dapat dilihat melalui angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup yang di ukur setiap tahunnya. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi diantara negara ASEAN lainnya yaitu mencapai 291 jiwa tiap 100 ribu kelahiran hidup, di Filipina angka kematian ibu adalah 170 per 100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 30 per 100.000 kelahiran hidup, di Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (Rama, 2007:14).
Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia merupakan prioritas masalah kesehatan ibu dan anak sehingga perlu mendapatkan tindak lanjut sehingga mampu diturunkan jumlahnya.
Menurut hasil survey yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat memperhitungkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) Jawa Barat pada tahun 2006 sebesar 321 per 100.000 kelahiran hidup dengan pembagian perkelompok wilayah (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2006). Jawa Barat merupakan propinsi yang menyumbang jumlah kematian ibu terbanyak di antara propinsi lainnya di Indonesia.
Sedangkan jumlah kematian ibu maternal di Kabupaten Garut tahun 2006 masih menunjukkan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten atau kota-kota lainnya di Jawa Barat yaitu 34 orang dari 67.516 jumlah ibu hamil (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2006).
Anemia masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Hasil beberapa penelitian yang dilakukan di Jawa Barat menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin lama usia kehamilan, semakin berat anemia yang diderita ibu hamil. Berdasarkan data mengenai prevalensi anemia pada ibu hamil di propinsi Jawa Barat, angka prevalensi kasus anemia di Kabupaten Garut adalah sebesar 41,8% (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2006).
Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di BPS Ny. O pada tanggal 15-25 April 2008, dari 15 orang ibu hamil dengan jarak kelahiran ≤ 2 tahun, 13 orang diantaranya menderita anemia. Pada studi pendahuluan tersebut, dari 13 kasus anemia yang ditemukan, peneliti mengikuti satu kasus anemia dari kehamilan sampai persalinan yaitu pada Ny. L dengan jarak kelahiran 12 bulan dan kadar Hb 8,2 gr%. Pada saat persalinan Ny.L mengalami partus lama karena kurangnya his dan pada kala IV mengalami perdarahan pospartum primer karena atonia uteri. Ini menunjukkan bahwa anemia pada kehamilan dapat menjadi salah satu penyebab komplikasi pada saat persalinan.


Berdasarkan latar belakang diatas, diperlukan penelitian mengenai “Hubungan Jarak Kelahiran dengan kejadian anemia pada kehamilan di Bidan Praktek Swasta Ny. O Kabupaten Garut periode Mei-Juni tahun 2008 “.

B. Identifikasi Masalah
Anemia masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Hasil beberapa penelitian yang dilakukan di Jawa Barat menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin lama usia kehamilan, semakin berat anemia yang diderita ibu hamil. Angka prevalensi kasus anemia di Kabupaten Garut adalah sebesar 41,8% (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2006). Menurut Varney (2001:302), salah satu penyebab kejadian anemia pada kehamilan adalah sejarah kehamilan yang berdekatan.
Berdasarkan hal tersebut, perlu diketahui apakah ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian anemia pada kehamilan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara jarak kelahiran dengan angka kejadian anemia pada kehamilan di BPS Ny.O Kabupatean Garut periode Mei-juni tahun 2008.


2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran ibu hamil di BPS Ny.O Kabupaten Garut periode Mei-Juni tahun 2008.
b. Mengidentifikasi gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di BPS Ny.O Kabupaten Garut periode Mei-Juni tahun 2008
c. Mengidentifikasi hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian anemia pada kehamilan di BPS Ny.O Kabupaten Garut periode Mei-Juni tahun 2008

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian lanjutan untuk mengembangkan keilmuan khususnya dalam lingkup ilmu kebidanan dan kesehatan reproduksi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi peningkatan pelayanan program KIA yaitu dalam mendeteksi secara dini kejadian anemia dalam kehamilan yang disababkan oleh jarak kelahiran yang berdekatan, sehingga mendorong untuk dilaksanakannya penyempurnaan dan perencanaan implementasi program Kesehatan Ibu dan Anak di Bidan Praktek Swasta


E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada ibu hamil dengan jarak kelahiran ≤ 2 tahun yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kehamilan. Rancangan penelitian ini menggunakan studi korelasional yang bertempat di Bidan Praktek Swasta Ny. O Kabupaten Garut periode Mei-Juni 2008, dengan populasi adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Bidan Praktek Swasta Ny O. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, instrumen penelitian yang digunakan adalah cek list dan Hb sahli set.

PROMKES

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………….. 2
1.3 Maksud dan Tujuan Asuhan Studi Kasus……………………….. 3
1.4 Manfaat Studi Kasus…………………………………………… 3
1.5 Ruang Lingkup………………………………………………… .4
1.6 Lokasi dan Waktu…………………………………………….. 4
1.7 Sistematika Penulisan…………………………………………... 5

BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 KonsepKehamilan………………………………………………7
2.2 Persalinan…………………………………………………….. 12
2.3 Retensio Plasenta……………………………………………… 16
2.4 Masa Nifas…………………………………………………… .25
2.5 Bayi Baru Lahir…………………………………………………29
2.6 Manajemen Kebidanan…………………………………………33



BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil………………………….41
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin………………………..47
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas………………………….68
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir…………………...77

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kehamilan………………………………………………89
4.2 Persalinan………………………………………………90
4.3 Masa Nifas……………………………………………..94
4.4 Bayi Baru Lahir…………………………………………95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………98
5.2 Saran ………………………………………………………99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Involusi uterus……………………………………………………..
Table 2-2 Gambaran dan penyebab retensio plasenta………………………..
Tabel 2-3 Cacatan perkembangan pada ibu bersalin …………………………
Tabel 3-2 Catatan perkembangan pada ibu nifas …………………………..
Tabel 3-3 Catatan perkembangan bayi baru lahir ...........................................
















DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Keterkaitan manajemen kebidanan dengan SOAP..........................
Diagram 2.2 Protokol Tetap Retensio Plasenta.......................................................




















DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Partograf
Lampiran 2 Riwayat Hidup
Lampiran 3 Kartu Pemeriksaan Ibu Hamil
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Tanda-Tanda Bahaya Postpartum
Lampiran 6 Perawatan Payudara
Lampiran 7 Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Lampiran 8 Cara menyusui yang baik
Lampiran 9 Alat Kontrasepsi
Lampiran 10 Perawatan Tali Pusat
Lampiran 11 Imunisasi

DAFTAR ISI SK

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………….. 2
1.3 Maksud dan Tujuan Asuhan Studi Kasus……………………….. 3
1.4 Manfaat Studi Kasus…………………………………………… 3
1.5 Ruang Lingkup………………………………………………… .4
1.6 Lokasi dan Waktu…………………………………………….. 4
1.7 Sistematika Penulisan…………………………………………... 5

BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 KonsepKehamilan………………………………………………7
2.2 Persalinan…………………………………………………….. 12
2.3 Retensio Plasenta……………………………………………… 16
2.4 Masa Nifas…………………………………………………… .25
2.5 Bayi Baru Lahir…………………………………………………29
2.6 Manajemen Kebidanan…………………………………………33



BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil………………………….41
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin………………………..47
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas………………………….68
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir…………………...77

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kehamilan………………………………………………89
4.2 Persalinan………………………………………………90
4.3 Masa Nifas……………………………………………..94
4.4 Bayi Baru Lahir…………………………………………95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………98
5.2 Saran ………………………………………………………99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Involusi uterus……………………………………………………..
Table 2-2 Gambaran dan penyebab retensio plasenta………………………..
Tabel 2-3 Cacatan perkembangan pada ibu bersalin …………………………
Tabel 3-2 Catatan perkembangan pada ibu nifas …………………………..
Tabel 3-3 Catatan perkembangan bayi baru lahir ...........................................
















DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Keterkaitan manajemen kebidanan dengan SOAP..........................
Diagram 2.2 Protokol Tetap Retensio Plasenta.......................................................




















DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Partograf
Lampiran 2 Riwayat Hidup
Lampiran 3 Kartu Pemeriksaan Ibu Hamil
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Tanda-Tanda Bahaya Postpartum
Lampiran 6 Perawatan Payudara
Lampiran 7 Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Lampiran 8 Cara menyusui yang baik
Lampiran 9 Alat Kontrasepsi
Lampiran 10 Perawatan Tali Pusat
Lampiran 11 Imunisasi

BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. L dengan retensio plasenta maka penulis dapat mengambil kesimpulan : untuk asuhan antenatal belum sesuai dengan standar,ibu hanya memeriksakan kehamilannya satu kali selama kehamilan.Sedangkan menurut standar, pemeriksaan kehamilan minimal 4 x selama kehamilan yaitu 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua, dan 2x pada trimester ketiga.
2. Pada proses persalinan Ny. L berjalan lancar namun pada saat kala III terjadi retensio plasenta, tetapi asuhan yang diberikan tidak melaksanakan asuhan sayang ibu karena tidak diberikan obat jenis sedative untuk mengurangi rasa nyeri ketika dilakukan manual plasenta dan hanya diberikan antibiotic dosis tunggal 500 Mg per oral sesudah dilakukan manual plasenta.
3. Asuhan yang diberikan pada Ny. L dengan kasus retensio plasenta sebagian ada yang tidak sesuai dengan standar, yaitu tidak diberikannya obat jenis sedative pada ibu. Setelah berhasil melakukan manual plasenta kemudian masase uterus serta memberikan suntikan ergometrin 0,2 mg untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum.
4. Pada saat masa nifas Ny. L berjalan baik dan aman, tidak mengalami komplikasi baik pada ibu maupun bayinya.
5. Dalam pelaksanaan asuhan pada BBL ada tindakan yang tidak dilakukan yaitu penyuntikkan vitamin K dengan alasan di BPS tidak tersedia
6. Proses Inisiasi Menyusu Dini berhasil dilakukan pada menit ke 50


5.2 SARAN
Diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada. Terutama dalam pelaksanakan manual plasenta yang harus benar-benar mendapatkan perhatian yang khusus karena pada kasus ini angka kematian ibu dapat semakin meningkat, karena jika pelaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalindengan kasus retensio plasenta tidak memenuhi standar yang berlaku akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu bersalin. Selain itu menurunkan angka kejadian perdarahan postpartum akibat retensio plasenta tidak hanya mengurangi resiko kematian ibu, namun juga menghindarkan dari resiko kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan postpartum, misalnya reaksi transfuse, tindakan operatif dan infeksi.

BAB IV SK

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan anamnesa dan pengkajian pada Ny.L dengan G3P2A0 kehamilan 40 minggu, pada saat mulai persalinan, post partum dan bayi baru lahir maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ada sebagai berikut :

4.1 Kehamilan
Berdasarkan data primer kehamilan Ny.L maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan ANC yang telah dilakukan oleh ibu belum memenuhi standar yang ada karena ibu hanya memeriksakan kehamilannya pada saat sudah mendekati persalinan yaitu pada usia kehamilan 37 minggu. Sedangkan menurut Sarwono dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002:90) menyebutkan bahwa pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan 4 kali yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Karena telatnya pemeriksaan, ibu juga tidak mendapatkan imunisasi TT yang seharusnya setiap ibu hamil mendapatkan dua kali imunisasi selama kehamilan.
Berdasarkan hasil anamnesa tidak ada kelainan dan keluhan yang signifikan yang dirasakan oleh ibu. Nyeri pada pinggang dan sering buang air kecil itu merupakan hal fisiologis yang dapat dirasakan oleh ibu hamil pada trimester ketiga. Seperti yang disebutka dalam PUSDIKNAS-JHPIEGO-WHO, 2003: 71 “ bahwa nyeri punggung bagian bawah dan sering kencing merupakan ketidaknyamanan
yang umum pada kehamilan”. Keadaan janin juga tidak ada masalah atau kelainan selama dalam perut ibu.

4.2 Persalinan
4.2.1 Kala I
Pada multigravida kala I berlangsung 6-7 jam (Mochtar, 1998:94). Sesuai dengan teori tersebut kasus Ny.L tidak ada kelainan pada kala I persalinan keadaan ibu dan janin baik, pemantauan persalinan dengan menggunakan pendokumentasian partograf tidak ada hal pathologis yang ditemukan. Ibu pertama kali datang jam 02.20 WIB dengan tanda-tanda vital normal, DJJ normal, pada saat pemeriksaan dalam juga tidak ditemukan hal yang pathologis, pembukaan 8cm ketuban utuh, tidak ada penyusupan pada kepala janin, kepala janin sudah berada pada hodge III, mules ibu baik dan teratur yaitu 4x dalam 10 menit selama lebih dari 40 detik, selain itu tidak ada pemanjangan pada kala I karena pada jam 03.30 WIB pembukaan sudah lengkap, walaupun demikian atau dengan kata lain pada kala I tidak ada kelainan bukan berarti pada kala berikutnya tidak ada akan ada kesulitan yang ditemukan. Maka sebaiknya saat pertama klien datang dan akan dilakukan pertolongan persalinan dari kala I sampai dengan kala IV dilakukan inform Concent agar ada persetujuan terhadap tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien.



4.2.2 Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, pembukaan lengkap pada pukul 03.30 WIB, ketuban pecah spontan pada pukul 03.00 WIB. Bayi lahir pukul 04.00 jadi kala II berlangsung selama 30 menit. Data ini akurat karena pada saat bayi lahir petugas langsung melihat jam dan waktu menunjukkan tepat pukul 04.00 WIB. Jika dikaitkan dengan teori Mochtar (1998:95) kala II pada multigravida berlangsung selama ½ sampai 1 jam. Maka lama kala II pada Ny.L tidak ada kelainan dan sesuai dengan teori yang ada.

4.2.3 Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sarwono, 2002:101). Sesuai dengan teori tersebut maka plasenta harus lahir kurang dari 30 menit. Pada kasus Ny.T dengan retensio plasenta yaitu tidak lahirnya plasenta kurang dari 30 menit itu merupakan hal yang pathologis sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sesuai dengan teori dan standar yang ada, yaitu dengan melakukan manual plasenta dengan catatan sebab dari retensio plasenta adalah plasenta acreta partialis (plasenta yang melekat erat sebagian) yang ditandai dengan adanya semburan darah. Karena plasenta acreta partialis masih bisa dilepaskan secara manual tetapi plasenta acreta completa tidak boleh dilepaskan secara manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim (UNPAD, 2002:234). Karena pada kasus ini terdapat semburan darah maka bidan boleh mengeluarkan plasenta secara manual.
Maka asuhan yang diberikan adalah manual plasenta dengan langkah yaitu melakukan persiapan manual plasenta, diantaranya memasang infuse, menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan, mempersiapkan dan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi. Kemudian dilakukan manual plasenta, mengeluarkanya dengan terlebih dahulu melakukan eksplorasi dan melakukan pencegahan infeksi pasca tindakan.
Penulis melakukan setiap langkah sesuai dengan langkah pada Buku Acuan Persalinan Normal (APN, 2007) terkecuali anastesi untuk mengurangi rasa nyeri ibu, padahal Varney (2004:741) telah menjelaskan bahwa sebaiknya wanita menerima sedikit analgesic atau anastesi karena manual plasenta merupakan prosedur yang menyakitkan. Adapun analgesic dan anastesi yang dianjurkan untuk diberikan pada prosedur manual plasenta adalah petidin atau diazepam, hal ini dikarenakan ketidakadaan obat dilahan praktek. Oleh karena itu, merujuk pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002:U-27) penanganan manual dilaksanakan berdasarkan langkah pokok dalam penanganan rasa nyeri pada ibu bersalin yaitu perhatian yang mendukung oleh para penolong sebelum,selama dan sesudah prosedur, juga penolong dapat secara baik bekerja dengan ibu yang masih sadar dan terlatih memakai peralatan secara halus. Hal ini dikarenakan persepsi dari rasa sakit sangat berpariasi bergantung pada keadaan emosional ibu. Karena dukungan yang baik selama persalinan sendiri dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit meskipun sebaiknya diberikan sebagai salah satu asuhan sayang ibu.
Setelah dilakukan penanganan pada retensio plasenta dan tidak terjadi perdarahan postpartum dengan Keadaan Umum ibu membaik maka dilanjutkan asuhan persalinan normal kala IV yaitu penilaian perdarahan dari jalan lahir,dari kelengkapan plasenta, evaluasi ulang kontraksi uterus, penanganan pada bayi baru lahir, memberi kenyamanan pada ibu dan observasi kala IV persalinan.

4.2.4 Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum (Sarwono, 2002:101). Pada kala ini keadaan pasien dalam keadaan baik, TTV normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan kurang lebih 70cc, kebutuhan nutrisi ibu sudah dipenuhi, ibu sudah minum dan makan roti. Keadaan seperti ini dapat dikatakan normal jika mengacu pada sebuah teori yang dikemukakan oleh Mochtar dalam Sinopsis Obstetri (1998:110) “jumlah perdarahan normal pada saat persalinan adalah 250cc, biasanya 100-300cc. Bila perdarahan lebih dari 500cc ini sudah dianggap abnormal”.







4.3 Masa Nifas
4.3.1. Post Partum 6 Jam
Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan system tubuh termasuk psikologis berada dalam keadaan normal (Saifuddin,2002:N24). Enam jam setelah persalinan, secara keseluruhan kondisi fisik maupun kondisi psikologis ibu sudah baik. Perdarahan normal sekitar 40cc, TFU 2 jari dibawah pusat, TD 110/80mmHg, N:80x/mnt R: 22x/mnt S: 36,4ºC. Ibu sudah dapat duduk dan berjalan ke kamar mandi selain itu ibu juga sudah dapat menyusui bayinya dengan baik, dan ASI sudah keluar serta tidak ada masalah pada payudara ibu.

4.3.2. Post Partum 6 hari
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh lainnya dan perubahan psikis (Sarwono, 2002:122). Pada saat pertama kali kunjungan ibu sudah terlihat sehat secara keseluruhan, tekanan darah dan suhu normal,tinggi fundus uteri sudah berada 2 jari diatas supra symphisis pubis, perdarahan sudah tidak terlalu banyak dan tidak berbau. Ibu juga tidak merasakan tanda-tanda bahaya nifas yang sudah dijelaskan pada saat 6 jam postpartum, ibu menyusui dengan baik dan lancar, hubungan ibu dengan bayi sangat dekat dan baik. Dengan demikian keadaan ibu postpartum 6 hari dalam keadaan baik.

4.3.3. Post Partum 6 minggu
Kunjungan kedua ibu masih terlihat sehat, tekanan darah dan suhu normal, darah postpartum sudah hampir tidak ada, ibu masih memberikan ASI saja tanpa pendamping makanan yang lain. Pada kunjungan ini ibu sekaligus mendapatkan KB 3 bulan.
Kunjungan kedua ini dilakukan pada 6 minggu, yang seharusnya dilakukan pada 2 minggu postpartum karena alasan jarak yang jauh antara rumah ibu dengan BPS.

4.4 Bayi Baru Lahir
4.4.1 Bayi Baru Lahir 6 jam
Vaksin hepatitis B seharusnya diberikan kepada semua bayi saat kelahirannya atau jangan sampai ditunda hingga usianya mencapai 7 hari ( Fallow&Russel, 2003:57).
Kondisi bayi setelah 6 jam tidak ada masalah, bayi sudah diberikan ASI segera setelah lahir, sesuai dengan teori yang telah dikemukaan diatas. BAB/BAK sudah, tali pusat tidak diberi zat apapun dan dibungkus dengan kasa steril, bayi dimandikan tepat setelah 6 jam. Bayi dalam kondisi hangat dan berada disamping ibu, tetapi bayi tidak diberikan vitamin K dan tidak langsung diberikan vaksin hepatitis B sebagaimana telah diungkapkan oleh Fallow&Russel.
Menurut Saefudin ( 3003:N35) vitamin K diberikan pada bayi baru lahir normal dan cukup bulan dengan dosis 0,5-1 mg secara IM untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Selain itu juga bayi tidak diberikan salep mata segera setelah lahir, padahal obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah melahirkan untuk mencegah penyakit mata karena klamedia/PMS.


4.4.2 Bayi Baru Lahir 6 hari
Kondisi bayi pada kunjungan pertama tidak ada masalah suhu dan pernapasan normal, berat badan bayi 3000gr.Kondisi tali pusat sudah terlapas karena tali pusat tidak diberi apapun, bayi masih diberikan ASI saja oleh ibunya, tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi, bayi diberikan imunisasi hepatitis B,ini sesuai dengan teori yang ada yaitu imunisasi hepatitis B harus diberikan pada saat umur bayi kurang dari 1 minggu.
Menurut Saefudin ( 2003:N36) ada tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir Yaitu :
1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit
2. Terlalu panas (>38ºC) atau terlalu dingin (<36ºC)
3. Warna kulit kuning terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat.
4. Hisapan lemah, banyak muntah.
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah.
6. Tidak berkemih dalam 24 jam pertama, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.
7. Menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang dan menangis terus menurus.
4.4.3 Bayi Baru Lahir 6 minggu
Bayi terlihat sangat sehat, sudah dapat dibawa keluar rumah, pada pagi hari sekitar 08.00 WIB bayi selalu dijemur, bayi masih diberi ASI sesuka yang ia mau, 2minggu sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi hepatitis B, dan bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG seminggu sebelumnya di posyandu. Selain itu tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu dan bayi.

BAB III SK

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.L merupakan data primer yang didapat pada waktu ibu melakukan pemeriksaan kehamilan di BPS Ny.O pada hari Jum’at tanggal 18 April 2008. Dari hasil kunjungan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
BIODATA
Nama Ibu : Ny. L Nama suami : Tn.S
Umur : 33 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kampung Cimasuk Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

1. DATA SUBJEKTIF
a. Alasan Periksa
Ibu ingin mengetahui keadaan kehamilannya karena Ibu merasa sakit pinggang dan menjadi sering buang air kecil.


b. Riwayat Menstruasi
Menstruasi pertama pada umur 11 tahun, tidak ada keluhan, konsistensi darah cair. Ganti pembalut 2 / 3 x per hari. Lamanya 7 hari ibu tidak merasakan sakit berlebihan atau dismenorhoe
c. Riwayat Pernikahan
Pernikahan sekarang merupakan pernikahan pertama ibu begitu juga dengan suami. Usia ibu menikah 20 tahun dan usia suami 27 tahun. Lama menikah 13 tahun.
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
G3P2A0 , HPHT : 20 Juli 2007 TP : 27 April 2008
Ibu merasa hamil 9 bulan, ibu belum mendapatkan imunisasi TT karena ini merupakan pemeriksaan yang pertama. Selama hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan apapun.
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
No Anak
Ke Persalinan Anak Kea
daan Nifas
Tgl/th Usia tempat Jenis Peno
long Pe
nyulit JK BB
(gr) PB
(cm)
1. 1 13 th 9 bulan Rumah Spontan paraji - L 3000 47 Hidup Baik
2. 2. 8 th 9 bulan Rumah Spontan paraji - L 3000 48 Hidup Baik
3 HAMIL SEKARANG


f. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga mengaku belum pernah mempunyai penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan, seperti : Diabetes Melitus, Asma, Hipertensi dll.
g. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB pil selama 8 tahun, sebelum kehamilan ini, ibu berhenti karena ingin mempunyai anak perempuan. Rencana KB yang akan digunakan setelah persalinan yaitu KB suntik.
h. Riwayat Seksual
Ibu mengatakan setelah kehamilan besar jarang melakukan hubungan seksual dengan suami, maksimal 2 minggu sekali.
i. Riwayat Psikososial
Ibu tinggal bersama dengan suami dan kedua anaknya hubungan dengan keluarga baik, kehamilan ini sudah direncanakan, sehingga suami dan keluarga sangat mengharapakan kehamilan ini, yang mengambil keputusan dalam rumah tangga adalah suami.
j. Riwayat Nutrisi
Pola makan ibu teratur 3 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering. Jenis makanan yang dikonsumsi berupa nasi putih, tahu, ikan, pepaya dan sayuran. Ibu minum ± 8 gelas air putih sehari dan kadang-kadang minum teh manis dan susu. Tidak ada alergi ataupun pantangan terhadap makanan.
k. Riwayat Eliminasi
BAK sering ± 6-8 kali / hari warna kuning jernih, bau khas dan tidak ada masalah. BAB 1 x / hari, konsistensi lembek, bau khas, lancar dan tidak ada masalah.
l. Riwayat Aktivitas
Tidur siang ± 1 jam / hari, tidur malam ± 7 jam / hari. Terakhir ibu istirahat cukup.
m. Riwayat Penggunaan Obat-obatan dan Bahan Lain
Pola hidup ibu tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, tidak minum jamu-jamuan selama kehamilan, suami merokok dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
P : 22 X / menit
N : 84 X / menit
S : 36,5ºC
d. Pemeriksaan Fisik
1). Kepala
Muka : terdapat kloasma gravidarum, tidak terdapat oedema
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Mulut : bibir lembab, simetris, warna merah muda, tidak terdapat stomatitis.
Leher : tidak ada pembengkakkan kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakkan kelenjar limfe, tidak ada pembengkakkan vena jugularis, refleks menelan baik
2). Payudara : bentuk simetris, besar normal, puting menonjol, terdapat kolostrum, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar axiler, tidak ada retraksi/dimpling.
3). Abdomen :
Tidak ada luka bekas operasi SC, terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan abnormal. TFU 34 cm.
Leopold 1: diatas fundus teraba bagian lunak tidak melenting, leopold II: bagian kanan teraba keras dan datar seperti papan,teraba bagian ekstremitas bayi disebelah kiri
leopold III: dibagian perut bawah teraba bulat keras melenting,
leopold IV: kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP).
DJJ: 142x/menit.
Tidak dilakukan pemeriksaan genitalia.

4). Ekstremitas:
Atas : tidak ada oedema, kuku tidak pucat, turgor baik, refleks bisef dan refleks trisef baik
Bawah : tidak ada oedema, kuku tidak pucat, turgor baik, tidak ada varises, refleks patella baik.

3. ASSESMENT
G3P2A0 gravida 37 minggu janin tunggal hidup intra uterin,dengan presentasi kepala keadaan ibu dan janin baik.

4. PLANNING
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga : ibu dan keluarga mengerti
b. Menganjurka kepada ibu untuk meminum vitamin dan tablet Fe secara teratur : ibu berjanji akan meminumnya sesuai aturan
c. Menjelaskan pada ibu cara minum tablet Fe : diminum sebelum tidur dengan menggunakan air putih
d. Menganjurkan ibu untuk makan sayuran dan minum susu : ibu berjanji akan melakukannya
e. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktifitas berat
f. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
g. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu :
1) Pusing/sakit kepala yang hebat
2) Penglihatan kabur
3) Bengkak pada wajah dan tangan
4) Nyeri perut bagian bawah
5) Keluar darah dari jalan lahir
6) Tidak ada gerakan janin
h. Menjelaskan mengenai tanda-tanda persalinan yaitu :
1) Kontraksi yang kuat
2) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
3) Keluar air-air dari jalan lahir
i. Menentukan kunjungan ulang satu minggu yang akan datang atau bila dirasakan ada keluhan
j. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan kedalam asuhan kebidanan

3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
No Register / Rekam Medik : -
Tanggal Masuk : 29 April 2008
Jam Kajian : 02.20 WIB
Tempat : BPS Ny. O Kabupaten Garut




1. DATA SUBJEKTIF
b. Anamnesa
Ibu datang ke BPS pukul 02.20 WIB dengan keluhan mules mules sejak pukul 20.00WIB, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir dan tidak keluar cairan banyak, ibu mengatakan sampai sekarang masih merasakan adanya gerakan janin.
c. Riwayat Menstruasi
Menstruasi pertama pada umur 11 tahun, tidak ada keluhan, konsistensi darah cair. Ganti pembalut 2 / 3 x per hari. Lamanya 7 hari ibu tidak merasakan sakit berlebihan atau dismenorhoe
d. Riwayat Pernikahan
Pernikahan sekarang merupakan pernikahan pertama ibu begitu juga dengan suami. Usia ibu menikah 20 tahun dan usia suami 27 tahun. Lama menikah 13 tahun.
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
G3 P2 A0 , HPHT : 20 Juli 2007 TP : 27 April 2008
Ibu mengaku melakukan pemeriksaan kehamilan di BPS Ny.O satu kali. Ibu tidak mendapatkan imunisasi TT, obat yang diminum ibu yaitu tablet Fe dan vitamin yang diberikan bidan. Gerakan janin dirasakan pertama kali pada umur kehamilan 4 bulan, ibu mengatakan tidak ada keluhan selama kemilan ini. Pergerakan janin masih dirasakan oleh ibu saat ini.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Masa Lalu
No Anak
Ke Persalinan Anak Kea
daan Nifas
Tgl/th Usia tempat Jenis Peno
long Pe
nyulit JK BB
(gr) PB
(cm)
1. 1 13 th Aterm Rumah Spontan paraji - L 3000 47 Hidup Baik
2. 2. 8 th Aterm Rumah Spontan paraji - L 3000 48 Hidup Baik
3. HAMIL SEKARANG

f. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga mengaku belum pernah mempunyai penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan, seperti : Diabetes Melitus, Asma, Hipertensi dll.
g. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB pil selama 8 tahun sebelum kehamilan ini, ibu berhenti karena ingin mempunyai anak perempuan. Rencana KB yang akan digunakan setelah persalinan ini yaitu KB suntik.
h. Riwayat Seksual
Ibu mengatakan tidak mengalami keluhan dalam melakukan hubungan seksual selama kehamilan.
i. Riwayat Psikologi
Ibu tinggal bersama dengan suami dan kedua anaknya hubungan dengan keluarga baik, kehamilan ini sudah direncanakan, sehingga suami dan keluarga sangat mengharapakan kehamilan ini, yang mengambil keputusan dalam rumah tangga adalah suami.
j. Riwayat Nutrisi
Pola makan ibu teratur 3 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering. Jenis makanan yang dikonsumsi berupa nasi putih, tahu, ikan, pepaya dan sayuran. Ibu minum ± 8 gelas air putih sehari dan kadang-kadang minum teh manis dan susu. Tidak ada alergi ataupun pantangan terhadap makanan. Terakhir makan pukul 19.00 WIB.
k. Riwayat Eliminasi
BAK sering ± 6-8 kali / hari warna kuning jernih, bau khas dan tidak ada masalah. BAB 1 x / hari, konsistensi lembek, bau khas, lancar dan tidak ada masalah. Terakhir BAB pukul 15.00WIB.
l. Riwayat Aktivitas
Tidur siang ± 1 jam / hari, tidur malam ± 7 jam / hari. Terakhir ibu istirahat cukup.
m. Riwayat Penggunaan Obat-obatan dan Bahan Lain
Pola hidup ibu tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, tidak minum jamu-jamuan selama kehamilan, suami merokok dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital TD : 120/70 mmHg
P : 22 X / menit
N : 82 X / menit
S : 36,7ºC
d. Pemeriksaan Fisik
1). Kepala
Muka : terdapat kloasma gravidarum, tidak terdapat oedema
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Mulut : bibir lembab, simetris, warna merah muda, tidak terdapat stomatitis.
Leher : tidak ada pembengkakkan kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakkan kelenjar limfe, tidak ada pembengkakkan vena jugularis, refleks menelan baik
Payudara : bentuk simetris, besar normal, puting menonjol, terdapat kolostrum, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar axiler, tidak ada retraksi/dimpling.
2) Abdomen :
Tidak ada luka bekas operasi SC, terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan abnormal.
Leopold 1 TFU 34 cm diatas fundus teraba bagian lunak tidak melenting. Leopold II bagian kanan teraba keras dan datar seperti papan, bagian kiri teraba bagian ekstremitas bayi. Leopold III dibagian perut teraba bulat keras melenting. Leopold IV kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP), penurunan kepala 3/5 bagian, HIS 4x10' selama >40", BJA 149x/menit, TBBA 3410 gr.

3) Anogenital
pengeluaran pervaginam : lendir bercampur darah
Perineum : tidak terdapat laserasi
Vulva/vagina : tidak terdapat lesi, tidak oedema, vulva tidak membuka, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan bartholini.
Anus : tidak ada haemoroid, tidak varises
4) Pemeriksaan dalam :
Pukul 02.30 WIB
Vulva Vagina : t.a.k
Portio : tipis lunak
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : positif
Penurunan Kepala : H.III / St 0
Bagian-bagian Kecil : Tidak teraba dan tidak ada moulage
5) Ekstremitas:
Atas : tidak ada oedema, turgor baik, refleks bisef dan refleks trisef baik
Bawah : tidak ada oedema, turgor baik, tidak ada varises, refleks patella baik.

3. ASSESMENT
G3P2A0 parturient aterm kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intra uterin dengan presentasi kepala keadaan ibu dan janin baik

4. PLANNING
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga : ibu dan keluarga mengerti
b. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga : ibu dan keluarga termotivasi
c. Menganjurkan ibu untuk posisi tidur miring ke kiri : ibu mengerti dan melakukannya.
d. Memberitahu ibu untuk tetap makan dan minum yang ibu mau : ibu minum teh manis dan makan roti.
e. Menganjurkan keluarga untuk memijat halus bagian yang diinginkan ibu pada saat terdapat kontraksi : keluarga mengerti dan mau malakukannya.
f. Mempersiapkan pakaian ibu dan bayi : pakaian ibu dan bayi sudah disiapkan.
g. Mempersiapkan peralatan untuk pertolongan persalinan : partus set, hackting set, obat-obatan, air DTT, air klorin, tempat sampah basah dan kering, tempat plasenta, bengkok : sudah disiapkan.
h. Mengobservasi Tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
i. Mengobservasi DJJ, HIS, nadi ibu setiap 30 menit sekali.
j. Melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali atau pada saat terdapat indikasi.
k. Menganjurkan ibu untuk selalu mengosongkan kandung kemih dengan tidak menahan keinginan untuk buang air kecil : ibu mengerti dan melakukannya.
l. Menulis semua hasil temuan kedalam lembar observasi dan partograf.









Tabel 3.1 Catatan Perkembangan Pada Ibu Bersalin
NO Hari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Ket
1. Selasa,
29 April 2008 03.30 WIB Subjektif
Ibu mengeluh mulesnya semakin sering dan merasakan ingin buang air besar
Objektif
a. Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis.
b. Terdapat tanda gejala kalaII(Doran, teknus perjol, vulka).
c. DJJ : 154x/menit
d. HIS : 4x10 >40"
e. Pembukaan lengkap, portio sudah tidak teraba lagi,ketuban negatif, penurunan kepala sudah di Hodge IV
Assesment
G3P2A0, kala II persalinan dengan presentasi belakang kepala keadaan ibu dan janin baik.
Planning
a. Mengamati tanda dan gejala kala II: adanya doran, teknus, perjol, vulka.
b. Memastikan alat dan obat: 1 ampul oksitosin sudah dibuka dan alat sudah siap.
c. Mengenakan pakaian pelindung dan mencuci tangan 7 langkah : sudah dilakukan.
d. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk pribadi
e. Memakai sarung tangan DTT, hisap oksitosin 1 ampul dengan satu tangan.
f. Membersihkan vulva dan perinium, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT dan steril
g. Melakukan pemeriksaan dalam : pembukaan lengkap, ketuban negatif.
h. Dokumentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
i. Menilai DJJ setiap 5 menit : tercatat dalam partograf
j. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan membantu ibu mengatur posisi yang nyaman untuk mengedan : ibu mengambil posisi setengah duduk
k. Memimpin ibu untuk mengedan dengan baik pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
l. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran dan memberikan pujian pada ibu saat meneran.
m. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum pada ibu pada saat his hilang : keluarga memberikan teh manis.
n. Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat mules dan menarik napas pada saat his hilang : kepala tampak di introitus vagina 5-6 cm.
o. Meletakkan handuk diatas perut ibu dan kain segitiga dibawah bokong ibu : sudah dilakukan.
p. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan, meletakkan tangan kanan di perinium ibu dan tangan kiri diatas kepala bayi untuk mencegah defleksi yang berlebihan.
q. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal saat kepala bayi lahir : ibu melakukannya.
r. Memeriksa lilitan tali pusat : tidak ada lilitan tali pusat.
s. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
t. Meletakkan tangan pada posisi biparietal untuk mengeluarkan bahu anterior dan bahu posterior : bahu lahir tanpa hambatan.
u. Menyangga dan menyusur badan bayi agar tidak menimbulkan laserasi.
v. Menilai bayi dengan cepat: Bayi lahir spontan Pukul 04.00 WIB, jenis kelamin perempuan, cacat tidak ada, bayi langsung menangis, warna kulit bayi merah dan gerakan bayi aktif.
w. Meletakkan bayi diatas perut ibu, keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan. Mengganti handuk yang basah dengan kain yang kering.Biarkan bayi diatas perut ibu.
x. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
y. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik
z. Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian luar. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi mengurut tali pusat kearah ibu dan jepit kembali tali pusat 2cm dari klem pertama. Memotong dan mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada BBL dengan cara : Meletakan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/ perut ibu, kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi. Semua prosedur yang biasa dilakukan pada bayi baru lahir ditunda sampai selesai IMD. Kala II Persalinan
2. Selasa
29 april 2008
04.01 WIB Subjektif
Ibu mengatakan merasa senang karena bayinya lahir dengan selamat tetapi ibu masih merasa mules dan haus
Objektif
a.keadaan umum baik
b.kesadaran compos mentis
c. muka dan bibir tidak pucat
d. TFU sepusat
e. Kontraksi uterus baik,perut membundar
Assesment
P3A0 kala III persalinan, keadaan umum ibu dan bayi baik.
Planning
1. Memindahkan klem 5-10 cm kedekat vulva.
2. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu ditepi atas simfisis untuk mendeteksi, tangan lain menegangkan tali pusat
3. Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas.
4. pukul 04.15 WIB plasenta belum lahir tetapi ada semburan darah.
5. memberitahu ibu bahwa akan disuntik kembali: ibu mengijinkan
6. menyuntikkan oksitosin yang ke dua 10 UI secara IM : disuntikan 1/3 paha kiri bagian luar.
7. pada pukul 04.30 WIB plasenta belum lahir tapi ada perdarahan, kontraksi uterus baik dan kandung kemih kosong : retensio plasenta.
8. Memindahkan bayi keruang perawatan, Memasang infus RL kemudian melahirkan plasenta secara manual dengan teknik:
a. Menggunakan sarung tangan panjang DTT : digunakan pada tangan kanan.
b. Melakukan anastesi verbal sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa sakit
c. Menjepit tali pusat dengan klem dan ditegangkan sejajar dengan lantai.
d. Memasukan tangan kanan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat
e. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten atau keluarga untuk memegang koher kemudian tangan kiri menahan fundus.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan dalam ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
g. Membuka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk)
h. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah : implantasi di korpus belakang sehingga tangan dalam tetap pada sisi bawah tali pusat
i. Menggerakan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
j. Sementara satu tangan masih di dalam cavum uteri, lakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus
k. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan
l. Menginstruksikan orang yang memegang koher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar. Plasenta lahir pukul 04.40 WIB
m. Letakkan plasenta kedalam tempat yang telah disediakan
n. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar: kontraksi uterus baik, perdarahan normal
o. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan semua barang atau instrumen bekas pakai dan bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan
p. Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya
q. Periksa kembali tanda vital pasien: keadaan umum ibu baik
r. Mencatat kondisi pasien dan membuat laporan tindakan yang telah dilakukan
s. Meletakkan kembali bayi ke dada ibu untuk melanjutkan proses IMD
t. Memberikan antibiotik peroral (etamox 500mg) pada ibu
u. Memberitahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan
v. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi. Meminta kelurga segera melapor pada penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu atau timbul tanda-tanda bahaya tersebut Kala III Persalinan
3. Selasa
29 april 2008 04.50 WIB. Subjektif
Ibu mengatakan masih merasakan mules dan merasa bahagia dan senang.
Objektif
a. keadaan umum ibu baik kesadaran compos mentis.
b. Tanda-tanda vital:
TD : 120/90mmHg
N : 84x/menit
P : 22x/menit
S : 36,7ºC
c. TFU: 2 jari dibawah pusat.
d. Kontaksi uterus: baik
e. Kandung kemih: kosong.
f. perdarahan: ±70cc.
Assesment
P3A0, kala IV persalinan keadaan umum ibu dan bayi baik.
Planning
1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
2. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam : bayi sudah mulai menghisap puting payudara ibu
3. Setelah satu jam, kemudian melakukan penimbangan/pengukuran bayi dan memberikan salep mata, tapi tidak dilakukan penyuntikkan vitamin K karena BPS tidak menyediakannya.
4. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
5. Mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk memasase uterus dan menilai kontraksi : ibu mengerti dan bisa melakukannya
6. Mengobservasi selama kala IV : Tensi, suhu, nadi, pernapasan,TFU, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua post partum.
7. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan normal (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal(36,5-37,5)°C : nafas 42x/menit, suhu 36,7°C
8. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
9. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
10. Memebersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Mambantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
11. Memastikan ibu merasa nyaman, mambantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
12. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
13. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan merendamnya secara terbalik
14. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
15. Mencatat semua hasil temuan dan hasil tindakan kedalam partograf. : hasil terlampir dalam partograf Kala IV Persalinan






3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Tanggal 29 April 2008 pukul 11.00 WIB
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan keadaan ibu baik-baik saja, ibu sudah makan pukul 08.00 WIB dengan menu (nasi, rendang sapi dan tempe), ibu sudah bisa duduk dan berjalan kekamar mandi, ibu sudah buang air kecil sekitar 3 kali tetapi belum buang air besar, hubungan ibu dengan bayi baik,ibu selalu berusaha berada didekat bayinya dan ibu mengatakan ingin tidur.

2. DATA OBJEKTIF
Keadaan : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda Vital TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,4ºC
Kontraksi uterus : baik,TFU 2 jari dibawah pusat
Kandung Kemih : kosong
Perdarahan : ± 40cc

3. ASSESSMENT
P3A0 post partum 6 jam keadaan ibu baik.

4. PLANNING
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu: ibu mengerti
b. Mengobservasi TTV, perdarahan,Kontraksi uterus, TFU dan kandung kemih ibu.
c. Ibu diberikan antibiotik etamox tablet per oral 3x1 tablet (etamox 500 mg)
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara:
a). Menganjurkan ibu untuk membersihkan payudara setiap hari.
b). Menganjurkan ibu untuk memakai BH yang menyangga payudara
e. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas, seperti: demam, perdarahan yang banyak dari jalan lahir, nyeri dan kemerahan pada payudara, oedema pada betis, sakit kepala yang hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati dan menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan jika menemukan gejala-gejala tersebut.
f. Memberikan konseling tentang kontrasepsi yang baik dan cocok untuk ibu: ibu dianjurkan untuk memakai IUD.
g. Menganjurkan ibu agar kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
h. Memberitahukan ibu tanda bahaya bayi yang mungkin akan timbul, seperti bayi tidur terus-menerus, bayi menangis terus-menerus, bayi tidak mau menetek, terdapat nanah pada tali pusat bayi, badan bayi panas dan gerakan bayi berkurang.
i. Memberikan konseling pada ibu tentang ASI ekslusif yaitu pemberian ASI selama 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun : ibu mengerti dan berencana akan memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
j. Menulis semua hasil pemeriksaan dalam lembar observasi.

Tabel .3.2. Catatan Perkembangan Pada Ibu Nifas
NO Hari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Keterangan
1. Senin
05 Mei 2008 16.00 WIB Post Partum 6 hari
Subjektif
a. Ibu sangat bahagia dengan kehadiran anak ke tiganya yang berjenis kelamin perempuan karena sangat diharapkan sekali oleh ibu dan keluarga
b. Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang memperberat keadaanya/ tanda bahaya nifas.
c. Ibu menyusui bayinya hanya dengan ASI.
d. Ibu mengatakan istirahatnya cukup.

Objektif
a. keadaan umum:baik
b. kesadaran: compos mentis
c. Tanda-tanda vital
TD:110/70 mmHg
N : 82 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,2º C
d. Pemeriksaan Fisik
a).Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat
b).Mata :konjungtiva merah muda, sclera putih
c).Mulut : bibir lembab,tidak pucat,tidak ada lesi,lidah dan gigi bersih,karies tidak ada
d).Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe dan thyroid, refleks menelan baik.
e).Payudara: Puting susu menonjol, puting tidak lecet, tidak ada benjolan abnormal , produksi ASI banyak
f).Abdomen : luka bekas operasi tidak ada,TFU 3 jari di atas sympisis,tidak ada benjolan abnormal dan nyeri tekan
g).Genetalia : dari jalan lahir keluar lochea serosa, bau khas, tidak ada gatal.
h).Vagina : Tidak ada oedema,varises,lesi, luka perineum tidak ada.
i).Anus: Tidak ada haemoroid dan tidak ada varises.
j).Ekstremitas
atas : Tidak ada oedema,kuku tidak pucat, turgor baik.
bawah : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat,reflek patella ada, varises tidak ada.

k).Pemeriksaan penunjang: Tidak dilakukan.
Assesment
P3A0,post partum 6 hari keadaan ibu baik.
Planning
1.Memberitahukan semua hasil pemeriksaan pada ibu: ibu merasa tenang dan lega
2.Mengingatkan pada ibu tanda bahaya pada masa nifas setelah 6 hari.
a. perdarahan banyak
b. sakit perut yang hebat.
c. Payudara tserasa panas dan merah.
d. keluar cairan dari jalan lahir yang berbau busuk.
e. demam atau menggigil.
f. sakit kepala yang hebat,nyeri epigastrik.
g. bengkak pada wajah dan tangan.
3. Menganjurkan pada ibu agar banyak makan sayuran, buah-buahan, banyak minum: ibu akan melaksanakan apa yang dianjurkan.
4. memberitahu ibu pentingnya ASI ekslusif serta menganjurkan agar bayinya dijemur pada pagi hari: ibu akan menyususi bayinya selama 6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan dan setiap pagi ibu menjemur bayinya.
5. Menganjurkan dan mempraktekkan pada ibu cara merawat payudara yang benar: ibu dapat mempraktekkanya dengan baik.
6. Mencatat semua hasil pemeriksaan Ibu melakukan Control postpartum ke BPS
2 Minggu
05 Juni 2008
16.00WIB Post partum 6 minggu
Subjektif
a. Ibu mengatakan merasa lebih baik dan sudah sehat
b. Ibu mengatakan ASInya banyak keluar
c. Ibu mengatakan makan dan istirahatnya cukup
d. Ibu mengatakan tidak merasakan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan tanda bahaya nifas
e. Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan
Objektif.
a. Keadaan umum ibu baik
b. TTV:TD: 110/80 mmHg
R : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,2ºC.
c. Muka :Tidak pucat,tidak oedema
d. Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih.
e. Mulut :Bibir lembab tidak pucat
f. Payudara: putting susu menonjol, puting tidak lecet dan tidak ada kelainan
g. Abdoment:TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan benjolan
h. Genetalia :tidak ada pengeluaran sekret
i. Perineum : Tidak ada luka jahitan
j. Ekstremitas: Tidak ada tanda Homan dan varises
Assesment
P3A0 post partum 6 minggu keadaan ibu baik
Planning
a. Memberitahu ibu semua hasil pemeriksaan, ibu merasa tenang dan lega.
b. Mengingatkan kembali tentang bahaya post partum: ibu mengerti dan akan waspada terhadap tanda bahaya tersebut.
c. Mengingatkan kembali tentang kebersihan diri terutama kebersihan vulva dan vagina: ibu akan menjaga kebersihan diri termasuk kebersihan vulva dengan membersihkannya dengan sabun.
d. Menganjurkan ibu agar segera memeriksakan diri bila didapatkan tanda bahaya post partum: ibu akan melaksanakan apa yang dianjurkan.
e. Memberikan ibu KB suntik 3 bulan dan memberitahu jadwal suntik berikutnya
f. Mencatat semua hasil pemeriksaan pada format pengkajian
Ibu melakukan kontrol postpartum setelah 6 minggu

3.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Tanggal Masuk : 29 April 2008
Jam/tanggal Pengkajian : 11.00 WIB/29 Apri l 2008
Tempat : BPS Ny.O Kabupaten Garut
IDENTITAS BAYI
Nama Bayi : Bayi Ny.L
Tanggal/Hari/Jam Lahir : : 29 April/Selasa/04.00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
BB : 3200 gram
PB : 49 cm
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ny.L Nama Suami : Tn.S
Umur : 33 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kampung Cimasuk Kec. Karangpawitan Kab. Garut
1. DATA SUBJEKTIF
a. Alasan Periksa
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b. Riwayat Persalinan Sekarang
Penolong persalinan oleh bidan di bps ny.O Kabupaten Garut presentasi kepala, ketuban pecah spontan, warna jernih cara persalinan spontan, bayi lahir pukul : 04.00 WIB, Jenis Kelamin : Perempuan, BB :3200 gram, PB :49cm, dengan riwayat plasenta lahir lebih dari 30 menit dan tidak ada komplikasi.
2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan bayi saat lahir
Berat Badan : 3200 gram
Panjang Badan : 49 cm
b. Kepala
Moulage : tidak ada
Caput succedaneum : tidak ada
Cepal haematom : tidak ada
Ukuran lingkar kepala : 32cm
c. Mata
Tanda-tanda infeksi dan perdarahan pada kornea : tidak ada
Kelopak mata tertutup/terbuka :terbuka kanan dan kiri.
Reflek pupil : ada
Kebersihan : baik/ bersih
d. Telinga
Hubungan letak antara mata dan telinga : simetris
Kebersihan : baik/ bersih
Cairan : tidak ada
e. Hidung
Bentuk : simetris
Pengeluaran sekret : tidak ada
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Kebersihan : baik/bersih
f. Mulut
Bibir sumbing : tidak ada
Labioschizies dan palatoschizies : tidak ada
Reflex rooting : ada
Reflex sucking : ada
g. Leher
Pembengkakan dan benjolan : tidak ada
Reflex tonic neck : ada
h. Dada
Bentuk : simetris
Puting : ada tidak menonjol
Frekuensi bunyi nafas : 46 x/ menit
Frekuensi bunyi jantung : 110 x/menit
Sekresi mamae :tida ada
Menangis : kuat
Lingkar dada : 30 cm
i. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap kanan dan kiri
j. Sistem saraf
Reflex moro : ada
k. Abdomen
Bentuk : datar
Peradarahan tali pusat : tidak ada
Keadaan tali pusat : bersih namun belum kering
l. Genetalia Perempuan
Vulva vagina : tak ada kelainan, labia mayor menutupi labia minor
Lubang uretra : ada
m. Tungkai dan kaki
Pergerakan : aktif
Bentuk : simetris
Jumlah jari : lengkap kanan dan kiri
Reflex babinski : ada
n. Punggung dan anus
Pembengkakan/cekungan : tidak ada
Pengeluaran mekonium dalam 24 jam : ada
Warna mekonium : hitam
o. Kulit
Verniks : ada, di daerah ketiak dan paha
Warna kulit : kemerahan
Pembengkakan/bercak-bercak hitam (tanda lahir) : tidak ada

3. ASSESSMENT
Neonatus cukup bulan 6 jam kelahiran keadaan bayi baik.

4. PLANNING
a. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga :ibu dan keluarga mengerti akan keadaan bayinya.
b. Mengajarkan cara perawatan tali pusat yang baik dan benar serta mengajarkan mengganti popok atau baju yang basah jika terkena BAB atau BAK pada Ibu dan keluarga : ibu dan keluarga mengerti dengan apa yang diajarkan dan akan melaksanakannya.
c. Menjaga kehangatan bayi, seperti : membungkus bayi dengan pakaian yang bersih dan hangat : ibu dan keluarga mengerti dan akan melakukannya.
d. Memberikan konseling akan pentingnya pemberian ASI eksklusif dan mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik : Ibu mengerti dan dapat menyusui bayinya dengan baik.
e. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada bayi pada ibu dan keluarga seperti : Bayi tidak mau menete, demam, kejang dan kulit kuning. Bila menemukan tanda-tanda bahaya tersebut agar segera menghubungi petugas kesehatan terdekat : ibu dan keluarga dan dapat mengulang apa yang disampaikan dan akan menghubungi petugas kesehatan jika ada salah satu tanda bahaya tersebut muncul
f. Memberitahu ibu supaya ibu melakukan pemeriksaan ulang ke Puskesmas, Bidan terdekat atau Rumah Sakit dan mengimunisasi bayi ibu.
g. Mencatat hasil pemeriksaan dalam format pengkajian.







Tabel .3.3. Catatan Perkembangan Pada Bayi Baru Lahir
NO Hari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Keterangan
1. Senin
05 Mei 2008 16.00 WIB BBL 6 hari
Subjektif
a. Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat
b. Ibu mengatakan bayinya dapat menyusui denga kuat
c. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel.
d. Ibu mengatkan tali pusat belum puput.
e. Ibu mengatakan bayinya belum diimunisasi
Objektif
a. keadaan umum:baik
b. kesadaran: compos mentis
c. Tanda-tanda vital
BJ : 130 x / meni
R : 38 x/menit
S : 36,2º C
d. Panjang Badan : -
e.Pemeriksaan Fisik
a) Muka : Tidak ada kotoran, tidak ada pus, tidak bengkak.
b) Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
c) Dada : simetris
d) Abdomen :tidak ada kelainan, tali pusat belum puput dan masih basah
e) Kulit : warna merah
f) Genetalia : Kebersihan baik tidak ada ruam popok
g) Ekstremitas : gerakan aktif
Assesment
Neonatus 6 hari, keadaan umum bayi baik
Planning
a. Menjelaskan pada ibu mengenai pemeriksaan yang dilakukan : ibu mengerti dan membolehakn bayinya untuk diperiksa.
b. Mengobservasi tanda-tanda vital : tanda vital normal
c. Memberitahu tanda bahaya pada bayi baru lahir : ibu mengatakan bayinya tidak mengalami tanda bahaya tersebut dan ibu akan waspada terhadap tanda bahaya tersebut. Memberitahu ibu cara merawat dan membersihkan tali pusat yang masih sedikit tersisa. Ibu mengerti dan akan berusaha membersihkannya dengan baik
d. Memberitahu ibu agar menjaga kehangatan bayinya dengan mengganti popok yang basah,meyelimuti bayinya: ibu mengerti dan akan menjaga bayinya agar tetap hangat.
e. Memberitahu semua hasil pemeriksaan pada ibu : ibu menjadi tenang dan lega.
f. Memberi penjelasan tentang imunisasi awal pada bayi dan memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi
g. Menganjurkan pada ibu agar membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk di imunisasi BCG pada usia bayi 1 bulan Mencatat semua hasil pemeriksaan pada format pengakjian.
Ibu melakukan kontrol pot partum 6 hari

BAB II SK

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KEHAMILAN
2.1.1 Definisi Kehamilan
"Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesimbungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi Konsepsi dan pembuahan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm".
(Manuaba, 2002 : 81).


Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga triwulan. Triwulan pertama 0-12 minggu, triwulan kedua 13-28 minggu dan triwulan ketiga 29-40 minggu .
(Manuaba, 1999 : 81).
Masa kehamilan dapat dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama pada haid terakhir. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, pada trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai kehamilan berusia 3 bulan, trimester kedua dimulai dari kehamilan usia 4 bulan sampai usia 6 bulan, dan trimester ketiga dimulai dari kehamilan usia 7 bulan sampai usia 9 bulan (Saifuddin, 2002: 89).



2.1.2 Perubahan Fisiologi Kehamilan
Perubahan fisiologi kehamilan meliputi (Hanifa, 2002 : 89):
1. Uterus
2. Vagina
3. Ovarium
4. Payudara
5. Sistem Respirasi
6. Sistem Pencernaan
7. Traktus Urinarius
8. Perubahan Pada Kulit.
9. Metabolisme

2.1.3 Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
Selama kehamilan ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang bersifat fisiologis, ketidaknyamanan tersebut terjadi sebagai penyesuaian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan.
Ketidaknyamanan ibu dalam kehamilan adalah:
1. Mual muntah
2. Nyeri punggung bagian bawah
Nyeri punggung terjadi pada daerah lumbosacral di punggung. Nyeri umumnya meningkat pada kondisi hamil karena adanya perubahan postur tubuh dan bertambahnya berat tubuh pada ibu hamil, perubahan ini terjadi karena pembesaran rahim dan peningkatan berat janin. Nyeri punggung juga dapat disebabkan kejang urat, berjalan tanpa waktu istirahat, mengangkat berat berlebihan, terutama jika kondisi ibu hamil dalam keadaan lelah.
( Varney, 1997 : 236).
3. Sering kencing
Turunnya kepala kepala bayi pada kehamilan tua menyebabkan gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kencing cepat penuh. Mendekati akhir kehamilan khususnya nullipara dimana bagian presentasinya sering sudah engage sebelum terjadi persalinan, seluruh kandung kemih terdorong ke depan dan ke atas sehingga mengubah permukaan normal yang cembung menjadi cekung (Varney, 1997 : 236).
4. Konstipasi
5. Kram pada kaki
Selama beberapa tahun kram kaki disebabkan oleh ketidakcukupan atau kurangnya asupan kalsium.
6. Leukorrhea
Produktivitas kelenjar servikal dalam mensekresi peningkatan jumlah mucus pada saat ini untuk membentuk mucus servikal mungkin juga berperan menghasilkan leukorrhea.



2.1.4 Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya pada kehamilan (Hyre Anne, 2003: 90):
1. Perdarahan vagina.
2. Sakit kepala yang hebat menetap dan tidak hilang.
3. Perubahan visualisasi yang tiba-tiba ( pandangan kabur, rabun senja ).
4. Nyeri abdomen yang hebat.
5. Bengkak pada muka atau tangan.
6. Bayi kurang bergerak seperti biasa.

2.1.6 Asuhan Antenatal
2.1.6.1 Definisi
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 1998: 129).
Meskipun kehamilan adalah sesuatu hal yang fisiologis, tetapi pada sebagian ibu hamil tidak menutup kemungkinan adanya komplikasa-komplikasi yang membuat kehamilannya bersifat patologis. Untuk dapat mengetahui adanya komplikasi atau berbagai kelainan dalam kehamilan secara dini diperlukan pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
2.1.6.2 Tujuan
Tujuan dari antenatal menurut Manuaba ( 1998 : 129 ) adalah:
a. Dapat mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat pada saat kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

2.1.6.3 Manfaat
Manfaat pemeriksaan kehamilan adalah dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke instansi yang lebih tinggi dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 1999 : 129 ).

2.1.6.4 Kebijakan Program
Menurut Saifuddin (2002 : 90), pemeriksaan kehamilan dilaksanakan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu:
1. Satu kali pada trimester pertama.
2. Satu kali pada trimester kedua.
3. Dua kali pada trimester ketiga.
Pelayanan/asuhan standar minimal adalah 7 T yaitu:
1. Timbang berat badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Ukur tinggi fundus uteri.
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid secara lengkap.
5. Pemberian tablet Fe, minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Test terhadap penyakit menular seksual.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2.1.6.5 Kebijakan teknis
Menurut (Saifuddin, 2002 : 90), penatalaksanann ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen berikut, yaitu:
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
2. Melakukan deteksi dini komplikasi
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4. Perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk melakuka rujukan jika terjadi komplikasi.




2.2 PERSALINAN
2.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 1998: 157).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 sampai 24 jam tanpa komplikasi baik yang terjadi pada ibu maupun bayi (Prawiharjo, 2005: 100).

2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan
Tanda persalinan sudah dekat menurut Manuaba (1998 : 165), adalah :
a. Terjadinya his persalinan yang mempunyai sifat : pinggang akan terasa sakit yang menjalar ke arah luar, sifat his teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatan yang semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks dan ketika beraktivitas kekuatan his ini akan bertambah.
b. Pengeluaran lendir dan darah sabagai pembawa tanda. Pengeluaran lendir ini disebabkan oleh terjadinya perubahan serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Dari pembukaan ini menyebabkan lendir yang terdapat kanalis servikalis lepas dan terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan seiring dengan makin luasnya pembukaan. Pada umumnya ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap.

2.2.3 Pembagian Tahap Pada Persalinan
Pada persalinan terdapat beberapa tahap antara lain :
1. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung dari pembulaan nol hingga pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dan untuk multigravida sekitar 8 jam. Persalinan kala I dibagi kedalam 2 fase yaitu :
a. Fase laten : pembukaan 1-3 cm berlangsung 7-8 jam
b. Fase aktif : pembukaan 4-10 cm berlangsung selama 6 jam
dan dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.


2. Kala II
Persalinan kala II bisa diketahui dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan telah lengkap atau kepala janin telah nampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Selain itu gejala-gejala utama pada kala II adalah:
a. kontraksi semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Pengeluaran cairan ketuban secara mendadak.
c. Adanya keinginan untuk mengejan.
d. Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi.
e. Kepala akan lahir seluruhnya diikuti oleh putaran paksi luar atau penyesuaian terhadap kepala dan punggung.
f. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
1) Kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu, ditarik lembut kebawah untuk melahirkan bahu anterior dan menarik lembut ke atas untuk melahirkan bahu posterior.
2) Setelah bahu lahir kita sangga dan kita biarkan bayi menyusuri tangan kita.
3) Bayi lahir diikuti sisa dari ketuban.
g. Lamanya kala II pada primigravida adalah 50 menit dan pada multigravida adalah 30 menit.

3. Kala III
Kala III terjadi setelah bayi lahir dengan mulai terhentinya kontraksi sekitar 5 sampai 10 menit. Karena sifat retraksi otot rahim setelah bayi lahir pelepasan plasenta pun sudah mulai. Terlepasnya plasenta ditandai dengan:
a. Uterus yang menjadi bundar.
b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadinya perdarahan.
4. Kala IV
Kala IV adalah observasi pada ibu postpartum dengan maksud untuk melakukan observasi karena perdarahan yang paling sering terjadi pada 2 jam postpartum (Hanifa, 2002 : 182).

2.3 RETENSIO PLASENTA
2.4 2.3.1. Definisi Retensio Palsenta
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah bayi lahir (Obstetri Patologi, 2004 : 234). Retensio Plasenta adalah tertahannnya atau belum lahirnya plasenta hingga melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Sarwono, 2002 : 178).
Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan pada kala III yang berakibat pada kematian ibu, jika tidak ditangani dengan baik. Dengan tertahannya placenta di kavum uteri, maka uterus tidak berkontraksi secara maksimal, yang pada akhirnya keadaan ini menyebabkan terjadinya perdarahan.
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta yang berulang (habitual retensio plasenta) plasenta harus segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan perdarahan, infeksi karena benda mati, dapat terjadi plasenta inkreta, polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma.
Tanda-tanda retensio plasenta :
a) Plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir
b) Perdarahan
c) Kontraksi uterus baik
d) Perdarahan lanjut
(Sarwono, 2002 : 656).



2.3.2 Jenis Retensio Plasenta
a. Plasenta adhesiva
Implantasi yang kuat dari jonjot korion plansenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta
Implantasi jonjot korion plasenta sehingga memasuki lapisan miometrium
c. Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan dinding uterus.
d. Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium uteri internum.
(Sarwono, 2002 : 178).
2.3.3 Sebab-Sebab Retensio Plasenta
a. Sebab-sebab fungsional
1) His kurang kuat
2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), karena bentuknya plasenta membranacea, plasenta anularis), karena ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
b. Sebab patologis anatomis
1) Plasenta accreta
2) Plasenta percreta
3) Plasenta increta (UNPAD, 2002 : 236).
Menurut Mochtar dalam sinopsis obstetri (1998 : 298) sebab terjadinya retensio plasenta adalah :
a. Plasenta belum lepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam, yang menurut tingat perlekatannya dibagi menjadi: plasenta adhevisa yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam, plasenta inkreta dimana vili corialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai miometrium, plasenta acreta yang menembus lebih dalam kedalam miometrium tetapi belum menembus serosa, dan plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau perotoneum dinding rahim.
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak atau karena adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar.
Tabel 2.1 Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta
Gejala Eparasi/akreta parsial Plasenta inkarserata Plasenta akreta
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat Dua jari di bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit /tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Kontriksi Terbuka
Separasi plasenta Terlepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.


2.3.4 Indikasi Plasenta Manual
1. Perdarahan pada kala III persalinan kurang lebih 400 cc.
2. Retensio plasenta setelah 30 menit bayi lahir.
3. Setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstrasi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir
4. tali pusat putus.
Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti ferporsai dinding uterus, bahaya infeksi dan dapat terjadi invertio uteri (Manuaba, 2002 : 300).
2.3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan retensio plasenta menurut buku Asuhan Persalinan Normal (revisi, 2007) adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga pada semua ibu yang melahirkan pervaginam
b. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta
c. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. Bila terjadi perdarahan, lakukan manual plasenta
d. Berikan cairan IV: NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat dan jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik atau kembali normal.
e. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual plasenta yang harus dilakukan seperti aseptik
f. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya dan penanganan yang akan dilakukan
g. Cuci tangan sampai bagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk bersih
h. Gunakan sarung tangan panjang steril atau DTT
i. Lakukan anestesi verbal atau beri analgesik per rektal sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau sakit
j. Jepit tali pusat dengan klem/kocher, kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai
k. Secara obstetrik masukan tangan kanan (punggung tangan kebawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
l. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten atau keluarga untuk memegang kocher, kemudian tangan kiri penolong menahan fundus uteri
m. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan dalam ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
n. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk)
o. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. Bila implantasi plasenta di korpus belakang, tangan dalam tetap pada sisi bawah tali pusat. Bila implantasi di korpus depan, pindahkan tangan dalam ke sisi atas tali pusat dengan punggung tangan mengahadap ke atas.
p. Gerakan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. Catatan: sambil melakukan tindakan perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit
q. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus
r. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan
s. Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar (hindari percikan darah)
t. Periksa kelengkapan plasenta
u. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
v. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir
w. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan semua barang, bahan atau instrumen bekas pakai dan bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan. Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya, lepaaaskan sarung tangan dan segera cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan kering
x. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan
y. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan yang telah dilakukan
z. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan. Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi. Minta kelurga segera melapor pada penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu atau timbul tanda-tanda bahaya tersebut.

2.4 MASA NIFAS
2.4.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelumnya. Masa nifas berlangsung selama sekitar 6 minggu (Saifuddin, 2002: 122). Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis yaitu :
1. Penurunan fisik
2. Involusio uteri dan pengeluaran lokhea
3. Perubahan sistem tubuh lainnya
2.4.2 Fisiologi Masa Nifas
Menurut Mochtar, Rustam (1998 : 115) pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis, diantaranya:
1. Involusi uterus
Uterus berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.2 Involusi Uterus
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 garam
1 minggu Pertengahan pusat symphysis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas symphysis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

2. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
3. Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.
4. Lochea
Pada masa puerperium akan terjadi pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa lapisan implantasi plasenta yang disebut lochea. Pengeluaran lochea dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan jumlah dan warnanya :
a. Lochea rubra terjadi antara 1 sampai 3 hari dengan warna merah dan hitam yang terdiri sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
b. Lochea serosa terjadi 7 sampai 14 hari dengan warna kekuningan, cairan tidak berdarah lagi.
c. Lochea alba yang terjadi setelah hari ke 14 dan berwarna putih dan berisi terutama leukosit dan desidual. Biasanya lochea berbau agak sedikit amis kecuali bila terdapat infeksi dan akan berbau busuk ( Varney, 1997 : 551 ).

2.4.3 Asuhan Masa Nifas
Menurut Saifuddin (2002 : N-23) dalam masa nifas untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi pada masa nifas, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan :
1. Kujungan yang pertama ( 6-8 jam setelah persalinan )
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan diantara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dan mencegah hipotermi.
g. Jika petugas menolong persalinan, harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah persalinan, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan yang kedua ( 6 hari setelah persalinan )
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnorman, tidak berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan yang ketiga ( 2 minggu setelah persalinan)
Asuhan yang diberikan pada kunjungan ketiga masa nifas sama dengan asuhan yang diberikan pada saat 6 hari setelah persalinan.
4. Kunjungan yang keempat ( 6 minggu setelah persalinan )
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.5 BAYI BARU LAHIR
2.5.1 Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
Perawatan pada bayi baru lahir meliputi (Acuan APN, 2007: 96):
1. Inisiasi Menyusu Dini
Protokol evidence-based yang baru telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa :
1). Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam
2). Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan
3). Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, salep mata dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif.
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
a. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
1). Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
2). Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan:
- Menstabilkan pernapasan
- Mengendalikan temperatur tubuh bayi
- Memperbaiki/ mempunyai pola tidur yang lebih baik
- Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan epektif
- Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali keberat lahirnya dengan lebih cepat)
- Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi
- Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama
- Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi
- Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir
- Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya
b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu
2). Oksitosin :
- Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah
- Merangsang pengeluaran kolostrum
- Penting untuk kedekatan hubungan ibu dan bayi
- Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya
3). Prolaktin :
- Meningkatkan produksi ASI
- Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi oksitosin
- Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu
- Menunda ovulasi
c. Keuntungan menyusu dini untuk bayi
1). Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
2). Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
3). Meningkatkan kecerdasan
4). Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas
5). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
6). Mencegah kehilangan panas
7). Merangsang kolostrum segera keluar
d. Keuntungan menyusu dini untuk ibu
1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
2). Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
e. Memulai menyusu dini akan :
1). Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
2). Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi disusui
3). Merangsang produksi susu
4). Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir
2. Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
Langkah 1: Lahirkan, Keringkan dan Lakukan Penilaian pada bayi
1. Saat bayi lahir, catat waktu persalinan
2. Kemudian letakkan bayi di perut ibu
3. Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau tidak
4. Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi
5. Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama
6. Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam mulut atau hidung bayi karena dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan menigkatkan resiko infeksi pernapasan
7. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat bernapas lebih baik
8. Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil ganda) kemudian suntikkan Intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu. Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di perut ibu.
Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
1. Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu ke bayi lebih optimal.
2. Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut
3. Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan
4. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting
5. Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
6. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit
7. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu
8. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajemen aktif kala 3 persalinan
Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan memulai menyusu
1. Biarkan bayi mancari dan menemukan puting dan mulai menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermi
4. Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga bayi selesai menyusu
5. Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K, dan mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi
6. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali
a. Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
b. Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
7. Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama
8. Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya


Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit pertama
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa jarinya ke mulut 30-60 menit setelah lahir dengan kontak kulit dengan kulit terus menerus tanpa terputus
3 Bayi mengeluarkan air liur
4 Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, lengan dan badannya ke arah dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya
5 Bayi meletakkan mulutnya ke puting ibu

2. Menjaga Kehangatan Bayi
1) Mengeringkan bayi dengan seksama.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
3) Selimuti bagian kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan BBL.

3. Perawatan Tali Pusat
Pada perawatan tali pusat jangan membungkus pusar atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun kepuntung tali pusat, mengoleskan alkohol ataupun podivon iodine masih diperbolehkan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat lembab atau basah (Affandi, 2004 : 4-7).

4. Pencegahan Infeksi
Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1%) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan (Afandi, 2004 : 4).

5. Pemberian Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 - 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, bayi baru lahir perlu diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg secara IM (Hanifa, 2002 : 135).

2.5.2 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Pada bayi baru lahir terdapat tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai, diantaranya (Varney, 2001:291):
1. Kehangatan, suhu tubuh bayi terlalu panas ( Lebih dari 370C ) atau terlalu dingin ( Kurang dari 360C ).
2. Warna kulit bayi kuning ( terutama dalam 24 jam pertama ), biru atau pucat.
3. Pemberian makanan pada bayi sangat kurang karena hisapan yang lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
4. Tali pusat berwarna merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk dan berdarah.
5. Bayi tidak bertinja selama 3 hari pertama setelah lahir, tinja lembek, sering dan berwarna hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
6. Bayi menggigil atau tangis tidak biasa, lunglai , kejang-kejang, menangis terus menerus.
a. Kesulitan bernafas.
b. Bayi lambat memulai respirasi.
c. Bayi Takipnea (respirasi >60 permenit pada bayi aterm).
d. Bayi yang sangat berlendir.
e. Bayi bernafas menggunakan otot nafas tambahan.
7. Bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
8. Bagian yang berwarna putih pada mata, berubah menjadi kuning dan warna kulit juga tampak kuning, kecoklatan atau seperti buah persik.

2.6 MANAJEMEN KEBIDANAN
2.6.1 Definisi Manajemen Kebidanan
Proses penatalaksanaan kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).

Langkah I
Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
1. anamnesa
2. pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3. pemeriksaan khusus
4. pemeriksaan penunjang

Langkah II
Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.


Langkah III
Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa /masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Langkah IV
Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera, untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada tahap sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan.

Langkah V
Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi/ masalah psikologis.
Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Langkah VI
Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri tetapi tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Langkah VII
Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui penatalaksanaan untuk mengidentifikasi mengapa proses penatalaksanaan tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

2.6.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Metoda 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disajikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan.
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Pendokumentasian metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu rencana asuhan. Metoda ini merupakan penyaringan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan urut-urutan yang dapat membantu anda dalam mengorganisir pikiran anda dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
S = SUBJEKTIF : Informasi atau data yang diperoleh dari apa
yang dikatakan klien tersebut.
O = OBJEKTIF : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan
dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.
A = ASSESSMENT : Kesimpulan yang dibuat dari data-data
subjektif/objektif tersebut.
P = PLANNING : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai
dengan kesimpulan yang telah dibuat.






Hubungan manajemen kebidanan dan metode pendokumentasian dengan SOAP dilihat sebagai berikut:

LANGKAH MANJEMEN
KEBIDANAN MENURUT VARNEY LANGKAH DALAM METODE
PENDOKUMENTASIAN DENGAN SOAP
Langkah 1 Pengumpulan Data Pengumpulan data Subjektif (S)
Pengumpulan fata objektif (O)
Langkah 2 Identifikasi masalah / diagnosa Perumusan Aseesment (A) atau analisa dari data subjektifdan objektif
Langkah 3 masalah potensial Pembuatan planning (P) yang merupakan perencanaan, implementasi dan Evaluasi Asuhan
Langkah 4 Kebutuhan terhadap tindakan segera
Langkah 5 Rencana
Langkah 6 penatalaksanaan Asuhan
Langkah 7 Evaluasi

2.7 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1. Denyut Jantung Janin. Dicatat setiap 1 jam pada fase laten dan 30 menit pada fase aktif
2. Air Ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina.
a. U : selaput utuh.
b. J : selaput pecah, air ketuban jernih.
c. M : air ketuban bercampur mekonium.
d. D : air ketuban bernoda darah.
e. K : tidak ada cairan ketuban/kering.
3. Perubahan bentuk kepala janin
a. 0 : sutura terpisah.
b. 1 :sutura saling berdekatan.
c. 2 : sutura tumpang tindih tapi masih bisa dipisahkan.
d. 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
4. Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X).
5. Penurunan. Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simpisis pubis. catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada dismpisis pubis.
6. Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
7. Jam. Catat jam sesungguhnya.
8. Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :
a. kurang dari 20 detik
b. antara 20 dan 40 detik
c. lebih dari 40 detik
9. Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
10. Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
11. Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (•).
12. Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
13. Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
14. Protein, aseton dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintasi kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat (Saifuddin, 2002: N-12).