Kamis, 12 November 2009

BAB IV SK

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan anamnesa dan pengkajian pada Ny.L dengan G3P2A0 kehamilan 40 minggu, pada saat mulai persalinan, post partum dan bayi baru lahir maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ada sebagai berikut :

4.1 Kehamilan
Berdasarkan data primer kehamilan Ny.L maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan ANC yang telah dilakukan oleh ibu belum memenuhi standar yang ada karena ibu hanya memeriksakan kehamilannya pada saat sudah mendekati persalinan yaitu pada usia kehamilan 37 minggu. Sedangkan menurut Sarwono dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002:90) menyebutkan bahwa pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan 4 kali yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Karena telatnya pemeriksaan, ibu juga tidak mendapatkan imunisasi TT yang seharusnya setiap ibu hamil mendapatkan dua kali imunisasi selama kehamilan.
Berdasarkan hasil anamnesa tidak ada kelainan dan keluhan yang signifikan yang dirasakan oleh ibu. Nyeri pada pinggang dan sering buang air kecil itu merupakan hal fisiologis yang dapat dirasakan oleh ibu hamil pada trimester ketiga. Seperti yang disebutka dalam PUSDIKNAS-JHPIEGO-WHO, 2003: 71 “ bahwa nyeri punggung bagian bawah dan sering kencing merupakan ketidaknyamanan
yang umum pada kehamilan”. Keadaan janin juga tidak ada masalah atau kelainan selama dalam perut ibu.

4.2 Persalinan
4.2.1 Kala I
Pada multigravida kala I berlangsung 6-7 jam (Mochtar, 1998:94). Sesuai dengan teori tersebut kasus Ny.L tidak ada kelainan pada kala I persalinan keadaan ibu dan janin baik, pemantauan persalinan dengan menggunakan pendokumentasian partograf tidak ada hal pathologis yang ditemukan. Ibu pertama kali datang jam 02.20 WIB dengan tanda-tanda vital normal, DJJ normal, pada saat pemeriksaan dalam juga tidak ditemukan hal yang pathologis, pembukaan 8cm ketuban utuh, tidak ada penyusupan pada kepala janin, kepala janin sudah berada pada hodge III, mules ibu baik dan teratur yaitu 4x dalam 10 menit selama lebih dari 40 detik, selain itu tidak ada pemanjangan pada kala I karena pada jam 03.30 WIB pembukaan sudah lengkap, walaupun demikian atau dengan kata lain pada kala I tidak ada kelainan bukan berarti pada kala berikutnya tidak ada akan ada kesulitan yang ditemukan. Maka sebaiknya saat pertama klien datang dan akan dilakukan pertolongan persalinan dari kala I sampai dengan kala IV dilakukan inform Concent agar ada persetujuan terhadap tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien.



4.2.2 Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, pembukaan lengkap pada pukul 03.30 WIB, ketuban pecah spontan pada pukul 03.00 WIB. Bayi lahir pukul 04.00 jadi kala II berlangsung selama 30 menit. Data ini akurat karena pada saat bayi lahir petugas langsung melihat jam dan waktu menunjukkan tepat pukul 04.00 WIB. Jika dikaitkan dengan teori Mochtar (1998:95) kala II pada multigravida berlangsung selama ½ sampai 1 jam. Maka lama kala II pada Ny.L tidak ada kelainan dan sesuai dengan teori yang ada.

4.2.3 Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sarwono, 2002:101). Sesuai dengan teori tersebut maka plasenta harus lahir kurang dari 30 menit. Pada kasus Ny.T dengan retensio plasenta yaitu tidak lahirnya plasenta kurang dari 30 menit itu merupakan hal yang pathologis sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sesuai dengan teori dan standar yang ada, yaitu dengan melakukan manual plasenta dengan catatan sebab dari retensio plasenta adalah plasenta acreta partialis (plasenta yang melekat erat sebagian) yang ditandai dengan adanya semburan darah. Karena plasenta acreta partialis masih bisa dilepaskan secara manual tetapi plasenta acreta completa tidak boleh dilepaskan secara manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim (UNPAD, 2002:234). Karena pada kasus ini terdapat semburan darah maka bidan boleh mengeluarkan plasenta secara manual.
Maka asuhan yang diberikan adalah manual plasenta dengan langkah yaitu melakukan persiapan manual plasenta, diantaranya memasang infuse, menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan, mempersiapkan dan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi. Kemudian dilakukan manual plasenta, mengeluarkanya dengan terlebih dahulu melakukan eksplorasi dan melakukan pencegahan infeksi pasca tindakan.
Penulis melakukan setiap langkah sesuai dengan langkah pada Buku Acuan Persalinan Normal (APN, 2007) terkecuali anastesi untuk mengurangi rasa nyeri ibu, padahal Varney (2004:741) telah menjelaskan bahwa sebaiknya wanita menerima sedikit analgesic atau anastesi karena manual plasenta merupakan prosedur yang menyakitkan. Adapun analgesic dan anastesi yang dianjurkan untuk diberikan pada prosedur manual plasenta adalah petidin atau diazepam, hal ini dikarenakan ketidakadaan obat dilahan praktek. Oleh karena itu, merujuk pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002:U-27) penanganan manual dilaksanakan berdasarkan langkah pokok dalam penanganan rasa nyeri pada ibu bersalin yaitu perhatian yang mendukung oleh para penolong sebelum,selama dan sesudah prosedur, juga penolong dapat secara baik bekerja dengan ibu yang masih sadar dan terlatih memakai peralatan secara halus. Hal ini dikarenakan persepsi dari rasa sakit sangat berpariasi bergantung pada keadaan emosional ibu. Karena dukungan yang baik selama persalinan sendiri dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit meskipun sebaiknya diberikan sebagai salah satu asuhan sayang ibu.
Setelah dilakukan penanganan pada retensio plasenta dan tidak terjadi perdarahan postpartum dengan Keadaan Umum ibu membaik maka dilanjutkan asuhan persalinan normal kala IV yaitu penilaian perdarahan dari jalan lahir,dari kelengkapan plasenta, evaluasi ulang kontraksi uterus, penanganan pada bayi baru lahir, memberi kenyamanan pada ibu dan observasi kala IV persalinan.

4.2.4 Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum (Sarwono, 2002:101). Pada kala ini keadaan pasien dalam keadaan baik, TTV normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan kurang lebih 70cc, kebutuhan nutrisi ibu sudah dipenuhi, ibu sudah minum dan makan roti. Keadaan seperti ini dapat dikatakan normal jika mengacu pada sebuah teori yang dikemukakan oleh Mochtar dalam Sinopsis Obstetri (1998:110) “jumlah perdarahan normal pada saat persalinan adalah 250cc, biasanya 100-300cc. Bila perdarahan lebih dari 500cc ini sudah dianggap abnormal”.







4.3 Masa Nifas
4.3.1. Post Partum 6 Jam
Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan system tubuh termasuk psikologis berada dalam keadaan normal (Saifuddin,2002:N24). Enam jam setelah persalinan, secara keseluruhan kondisi fisik maupun kondisi psikologis ibu sudah baik. Perdarahan normal sekitar 40cc, TFU 2 jari dibawah pusat, TD 110/80mmHg, N:80x/mnt R: 22x/mnt S: 36,4ºC. Ibu sudah dapat duduk dan berjalan ke kamar mandi selain itu ibu juga sudah dapat menyusui bayinya dengan baik, dan ASI sudah keluar serta tidak ada masalah pada payudara ibu.

4.3.2. Post Partum 6 hari
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh lainnya dan perubahan psikis (Sarwono, 2002:122). Pada saat pertama kali kunjungan ibu sudah terlihat sehat secara keseluruhan, tekanan darah dan suhu normal,tinggi fundus uteri sudah berada 2 jari diatas supra symphisis pubis, perdarahan sudah tidak terlalu banyak dan tidak berbau. Ibu juga tidak merasakan tanda-tanda bahaya nifas yang sudah dijelaskan pada saat 6 jam postpartum, ibu menyusui dengan baik dan lancar, hubungan ibu dengan bayi sangat dekat dan baik. Dengan demikian keadaan ibu postpartum 6 hari dalam keadaan baik.

4.3.3. Post Partum 6 minggu
Kunjungan kedua ibu masih terlihat sehat, tekanan darah dan suhu normal, darah postpartum sudah hampir tidak ada, ibu masih memberikan ASI saja tanpa pendamping makanan yang lain. Pada kunjungan ini ibu sekaligus mendapatkan KB 3 bulan.
Kunjungan kedua ini dilakukan pada 6 minggu, yang seharusnya dilakukan pada 2 minggu postpartum karena alasan jarak yang jauh antara rumah ibu dengan BPS.

4.4 Bayi Baru Lahir
4.4.1 Bayi Baru Lahir 6 jam
Vaksin hepatitis B seharusnya diberikan kepada semua bayi saat kelahirannya atau jangan sampai ditunda hingga usianya mencapai 7 hari ( Fallow&Russel, 2003:57).
Kondisi bayi setelah 6 jam tidak ada masalah, bayi sudah diberikan ASI segera setelah lahir, sesuai dengan teori yang telah dikemukaan diatas. BAB/BAK sudah, tali pusat tidak diberi zat apapun dan dibungkus dengan kasa steril, bayi dimandikan tepat setelah 6 jam. Bayi dalam kondisi hangat dan berada disamping ibu, tetapi bayi tidak diberikan vitamin K dan tidak langsung diberikan vaksin hepatitis B sebagaimana telah diungkapkan oleh Fallow&Russel.
Menurut Saefudin ( 3003:N35) vitamin K diberikan pada bayi baru lahir normal dan cukup bulan dengan dosis 0,5-1 mg secara IM untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Selain itu juga bayi tidak diberikan salep mata segera setelah lahir, padahal obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah melahirkan untuk mencegah penyakit mata karena klamedia/PMS.


4.4.2 Bayi Baru Lahir 6 hari
Kondisi bayi pada kunjungan pertama tidak ada masalah suhu dan pernapasan normal, berat badan bayi 3000gr.Kondisi tali pusat sudah terlapas karena tali pusat tidak diberi apapun, bayi masih diberikan ASI saja oleh ibunya, tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi, bayi diberikan imunisasi hepatitis B,ini sesuai dengan teori yang ada yaitu imunisasi hepatitis B harus diberikan pada saat umur bayi kurang dari 1 minggu.
Menurut Saefudin ( 2003:N36) ada tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir Yaitu :
1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit
2. Terlalu panas (>38ºC) atau terlalu dingin (<36ºC)
3. Warna kulit kuning terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat.
4. Hisapan lemah, banyak muntah.
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah.
6. Tidak berkemih dalam 24 jam pertama, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.
7. Menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang dan menangis terus menurus.
4.4.3 Bayi Baru Lahir 6 minggu
Bayi terlihat sangat sehat, sudah dapat dibawa keluar rumah, pada pagi hari sekitar 08.00 WIB bayi selalu dijemur, bayi masih diberi ASI sesuka yang ia mau, 2minggu sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi hepatitis B, dan bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG seminggu sebelumnya di posyandu. Selain itu tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu dan bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar